Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati
oleh Allah!
Pada hari Jumat ini izinkanlah saya pertama-tama
menyampaikan wasiat untuk diri saya pribadi maupun kepada seluruh jamaah:
marilah kita isi hidup yang fana ini
dengan bertakwa kepada Allah Swt. Sebab tidak ada bekal yang lebih baik, tidak
ada persiapan yang lebih utama pada saat kita kembali kepada-Nya, melainkan
kita bertakwa kepada-Nya.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah!
Sebagai orang yang bertakwa kita patut bersyukur karena
pada tanggal 12 Rabiul Awwal, empat belas abad silam, Allah telah mengutus nabi
yang mulia, seorang rasul yang sangat luhur; Muhammad Saw. Sebelumnya Allah
telah mengutus 124 ribu nabi kepada umat manusia. Namun hanya 313 diantaranya
yang Allah angkat sebagai rasul. Dari 313 rasul itu hanya 25 diantaranya Allah
cantumkan di dalam al-Qur’an. Kemudian dari 25 itu Allah memilih 5 diantaranya,
yang disebut ‘ulul ‘azmi. Mereka adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa,
dan Nabi Muhammad Saw. Dan
dari kelima itu hanya satu yang paling
diunggulkan oleh Allah; Muhammad Saw.
Pertanyaan sederhana; mengapa Allah memilih Nabi
Muhammad?
Banyak orang mengkaji rahasia sukses Nabi Muhammad
melalui berbagai perspektif. Salah satunya melalui kepribadian beliau selama
menjadi nabi dan rasul. Dari salah satu karakter yang menjadikan beliau
berhasil adalah sifat as-sidq
(jujur).
Masyarakat Mekkah mengenal Nabi sebagai pribadi
yang jujur. Semenjak masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa kejujurannya tak
pernah diragukan. Bahkan masyarakat menggelarinya dengan sebutan al-amin (orang jujur dan dapat
dipercaya). Berkat kejujurannya itu para saudagar Mekkah menitipkan barang
dagangan kepadanya untuk diperdagangkan di Bahrain, Syiria, Yaman, Libanon
dengan sistem konsinyasi. Berkat kejujuran itulah beliau diberkahi oleh Allah
dengan dipersunting untuk menjadi suami siti Khadijah, saudagar wanita terbesar
di Mekkah.
Allah menyebutkan hal itu dalam al-Qur’an.
“Dan Dia
dapati engkau dalam keadaan fakir, kemudian Allah memperkayanya.” (QS. adh-Dhuha [93]: 8)
Nabi Muhammad ketika lahir fakir, karena ayah
beliau wafat. Tak lama kemudian ibunya. Dengan kejujuran itulah akhirnya
memperkaya Rasulullah. Ketika istri beliau, Khadijah, wafat, beliau juga
diperkaya dengan Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, sahabat-sahabat yang
kaya. Merekalah yang mencukupi keperluan Nabi dalam berdakawah. Pernah Usman
memberikan seribu ekor unta kepada Nabi untuk keperluan perang.
Baca Juga : Khutbah Jumat Berjudul Tobat
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah!
Kalau kita boleh simpulkan: jujur dalam Islam
artinya mujur. Keliru jika ada orang mengartikan: jujur itu hancur. Seorang peneliti mengemukakan, pemimpin itu dikagumi tak lain karena
kejujurannya. Tingkat pertama dari kepemimpinan itu ada pada kejujuran. Oleh
karena itu pantas dan patut jika sikap Nabi kita teladani dan kita
kembangsuburkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena pada diri Rasulullah
terdapat suri tauladan yang baik, sebagaimana diungkap dalam al-Qur’an:
”Sungguh
dalam diri Rasulullah itu ada suri tauladan yang baik.” (QS al-Ahzab [33]: 21)
Kedua, mengapa Rasul mampu membangun masyarakat
Islam? Karena Rasul memiliki
kepribadian disiplin. Ketika beliau ditanya sahabat, “manakah amal yang paling
utama, ya Rasul?” Jawab Nabi: “Shalat di
awal waktu.”
Nabi adalah pribadi yang disiplin. Nabi sangat
menghargai waktu. Karena dalam Islam, waktu adalah sesuatu yang sangat
bernilai. Begitu pentingnya waktu, orang Barat menyebutnya: waktu adalah uang (time
is money). Namun jauh sebelum itu, Islam sudah mengatakan: ”Jangan
buang-buang waktu.” Dan kata Rasul, ketika ditanya Islam yang baik itu seperti
apa. Jawab Rasul: ”mampu meninggalkan hal yang sia-sia.” Mampu memanfaatkan
waktu dengan baik dan efektif.
Ketiga,
mengapa Rasul menjadi begitu mulia. Karena Rasul menjaga konsistensi. Atau
dalam bahasa agamanya istiqamah. Pernah beliau ditanya: ”Katakan ya Rasul satu kalimat yang mencerminkan
esensi Islam. Saya tidak akan bertanya kepada orang lain kecuali hanya kepada
engkau.” Jawab Nabi: ”Katakan olehmu ’Saya beriman kepada Allah, dan aku
istiqamah’.
Konsistensi Rasulullah terjaga hingga akhir hayat
beliau. Nabi selalu menolak tawaran pangkat, jabatan, harta, agar beliau
berhenti berdakwah. Nabi dengan tegas mengatakan: sekiranya mereka mampu
meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku
menghentikan ajaran Islam, aku tidak akan melakukannya.”
Terakhir, mengapa Nabi sukses dalam membangun
masyarakat yang sukses hanya dalam tempo relatif singkat, sekitar 23 tahun.
Jauh lebih singkat jika dibanding Nabi Musa, Ibrahim, serta nabi-nabi lain.
Dalam membangun masyarakat Islam, Nabi menekankan pentingnya sikap attasamuh
(toleransi) antara sesama muslim. Nabi mengatakan: ”Sesama Muslim adalah
saudara”. Karenanya, tidak boleh saling menzalimi antara muslim satu dengan
muslim lainnya. Tidak pantas seorang muslim membiarkan muslim lain terzalimi. Nabi
pun mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Akibatnya Islam menjadi begitu
kompak dan solid. Nabi juga membangun sikap toleransi antara orang Islam dengan
non Muslim. Di dalam hadis disebutkan, ketika Nabi sedang duduk bersama
beberapa sahabat tiba-tiba Nabi berdiri karena ada usungan jenazah. Ketika
usungan jenazah itu berlalu sahabat memberitahu bahwa jenazah yang diusung itu
adalah jenazah ahli kitab. Tapi
apa kata Nabi: ”Bukankah ada kewajiban untuk menghormati sesama manusia.”
Dalam riwayat Nabi pernah hendak diracun oleh
seorang Yahudi, namun Nabi memaafkannya. Dikisahkan, seorang Yahudi, Zaenab namanya,
mengundang Nabi untuk makan malam. Zaenab menghidangkan daging kambing yang sudah
dilumuri racun. Ketika hendak menyantap daging tersebut, Allah memberitahu
adanya racun dalam daging tersebut. Mengetahui hendak diracun Nabi tidak marah
sedikitpun.
“Hai Zaenab, mengapa engkau tega menghidangkan makanan beracun kepada
saya?” Jawab Zaenab, “Jika engkau manusia biasa, atau bahkan raja sekalipun,
maka engkau akan makan makanan itu. Tapi kalau kamu seorang rasul, pasti kamu
tidak akan makan makanan itu. Dan ternyata engkau benar-benar rasul.” Akhirnya
Zaenab menyatakan diri masuk Islam.
Jamaah yang dimuliakan oleh Allah!
Sikap toleransi yang dikembangkan oleh Nabi patut
kita teruskan. Marilah kita bangun sikap ”siapapun orang Indonesia mereka adalah
saudara kita. Saudara sebangsa, saudara sesama muslim, saudara sesama umat
manusia. Apapun aspirasi politik, warna kaos, dan haluan organisasinya, bukanlah
halangan untuk bisa bersatu membangun negara ini.” Karena itulah persatuan dan
kesatuan harus dibangun. Mudah-mudahan Allah melimpahkan taufik serta
inayah-Nya kepada kita agar ke depan kita mampu membangun masyarakat Indonesia yang
diilhami dari ajaran-ajaran luhur Nabi Muhammad Saw.
Khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad
4/
5
Oleh
Unknown
1 komentar:
Tulis komentarWarning!! SPAM has been detected!
Reply