Kamis, 03 November 2016

Khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad



Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah!
Pada hari Jumat ini izinkanlah saya pertama-tama menyampaikan wasiat untuk diri saya pribadi maupun kepada seluruh jamaah: marilah kita isi hidup yang fana ini dengan bertakwa kepada Allah Swt. Sebab tidak ada bekal yang lebih baik, tidak ada persiapan yang lebih utama pada saat kita kembali kepada-Nya, melainkan kita bertakwa kepada-Nya.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah!
Sebagai orang yang bertakwa kita patut bersyukur karena pada tanggal 12 Rabiul Awwal, empat belas abad silam, Allah telah mengutus nabi yang mulia, seorang rasul yang sangat luhur; Muhammad Saw. Sebelumnya Allah telah mengutus 124 ribu nabi kepada umat manusia. Namun hanya 313 diantaranya yang Allah angkat sebagai rasul. Dari 313 rasul itu hanya 25 diantaranya Allah cantumkan di dalam al-Qur’an. Kemudian dari 25 itu Allah memilih 5 diantaranya, yang disebut ‘ulul ‘azmi.  Mereka adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nabi Muhammad Saw. Dan dari kelima itu  hanya satu yang paling diunggulkan oleh Allah; Muhammad Saw.
Pertanyaan sederhana; mengapa Allah memilih Nabi Muhammad?
Banyak orang mengkaji rahasia sukses Nabi Muhammad melalui berbagai perspektif. Salah satunya melalui kepribadian beliau selama menjadi nabi dan rasul. Dari salah satu karakter yang menjadikan beliau berhasil adalah sifat as-sidq (jujur).
Masyarakat Mekkah mengenal Nabi sebagai pribadi yang jujur. Semenjak masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa kejujurannya tak pernah diragukan. Bahkan masyarakat menggelarinya dengan sebutan al-amin (orang jujur dan dapat dipercaya). Berkat kejujurannya itu para saudagar Mekkah menitipkan barang dagangan kepadanya untuk diperdagangkan di Bahrain, Syiria, Yaman, Libanon dengan sistem konsinyasi. Berkat kejujuran itulah beliau diberkahi oleh Allah dengan dipersunting untuk menjadi suami siti Khadijah, saudagar wanita terbesar di Mekkah.
Allah menyebutkan hal itu dalam al-Qur’an.


“Dan Dia dapati engkau dalam keadaan fakir, kemudian Allah memperkayanya.” (QS. adh-Dhuha [93]: 8)

Nabi Muhammad ketika lahir fakir, karena ayah beliau wafat. Tak lama kemudian ibunya. Dengan kejujuran itulah akhirnya memperkaya Rasulullah. Ketika istri beliau, Khadijah, wafat, beliau juga diperkaya dengan Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, sahabat-sahabat yang kaya. Merekalah yang mencukupi keperluan Nabi dalam berdakawah. Pernah Usman memberikan seribu ekor unta kepada Nabi untuk keperluan perang. 


Baca Juga : Khutbah Jumat Berjudul Tobat

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah!
Kalau kita boleh simpulkan: jujur dalam Islam artinya mujur. Keliru jika ada orang mengartikan: jujur itu hancur. Seorang peneliti mengemukakan, pemimpin itu dikagumi tak lain karena kejujurannya. Tingkat pertama dari kepemimpinan itu ada pada kejujuran. Oleh karena itu pantas dan patut jika sikap Nabi kita teladani dan kita kembangsuburkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik, sebagaimana diungkap dalam al-Qur’an:

”Sungguh dalam diri Rasulullah itu ada suri tauladan yang baik.” (QS al-Ahzab [33]: 21)

Kedua, mengapa Rasul mampu membangun masyarakat Islam? Karena Rasul memiliki kepribadian disiplin. Ketika beliau ditanya sahabat, “manakah amal yang paling utama, ya Rasul?”  Jawab Nabi: “Shalat di awal waktu.”
Nabi adalah pribadi yang disiplin. Nabi sangat menghargai waktu. Karena dalam Islam, waktu adalah sesuatu yang sangat bernilai. Begitu pentingnya waktu, orang Barat menyebutnya: waktu adalah uang (time is money). Namun jauh sebelum itu, Islam sudah mengatakan: ”Jangan buang-buang waktu.” Dan kata Rasul, ketika ditanya Islam yang baik itu seperti apa. Jawab Rasul: ”mampu meninggalkan hal yang sia-sia.” Mampu memanfaatkan waktu dengan baik dan efektif.
            Ketiga, mengapa Rasul menjadi begitu mulia. Karena Rasul menjaga konsistensi. Atau dalam bahasa agamanya istiqamah. Pernah beliau ditanya: ”Katakan ya Rasul satu kalimat yang mencerminkan esensi Islam. Saya tidak akan bertanya kepada orang lain kecuali hanya kepada engkau.” Jawab Nabi: ”Katakan olehmu ’Saya beriman kepada Allah, dan aku istiqamah’.
Konsistensi Rasulullah terjaga hingga akhir hayat beliau. Nabi selalu menolak tawaran pangkat, jabatan, harta, agar beliau berhenti berdakwah. Nabi dengan tegas mengatakan: sekiranya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan ajaran Islam, aku tidak akan melakukannya.”
Terakhir, mengapa Nabi sukses dalam membangun masyarakat yang sukses hanya dalam tempo relatif singkat, sekitar 23 tahun. Jauh lebih singkat jika dibanding Nabi Musa, Ibrahim, serta nabi-nabi lain. Dalam membangun masyarakat Islam, Nabi menekankan pentingnya sikap attasamuh (toleransi) antara sesama muslim. Nabi mengatakan: ”Sesama Muslim adalah saudara”. Karenanya, tidak boleh saling menzalimi antara muslim satu dengan muslim lainnya. Tidak pantas seorang muslim membiarkan muslim lain terzalimi. Nabi pun mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Akibatnya Islam menjadi begitu kompak dan solid. Nabi juga membangun sikap toleransi antara orang Islam dengan non Muslim. Di dalam hadis disebutkan, ketika Nabi sedang duduk bersama beberapa sahabat tiba-tiba Nabi berdiri karena ada usungan jenazah. Ketika usungan jenazah itu berlalu sahabat memberitahu bahwa jenazah yang diusung itu adalah jenazah ahli kitab. Tapi apa kata Nabi: ”Bukankah ada kewajiban untuk menghormati sesama manusia.”
Dalam riwayat Nabi pernah hendak diracun oleh seorang Yahudi, namun Nabi memaafkannya. Dikisahkan, seorang Yahudi, Zaenab namanya, mengundang Nabi untuk makan malam. Zaenab menghidangkan daging kambing yang sudah dilumuri racun. Ketika hendak menyantap daging tersebut, Allah memberitahu adanya racun dalam daging tersebut. Mengetahui hendak diracun Nabi tidak marah sedikitpun.

“Hai Zaenab, mengapa engkau tega menghidangkan makanan beracun kepada saya?” Jawab Zaenab, “Jika engkau manusia biasa, atau bahkan raja sekalipun, maka engkau akan makan makanan itu. Tapi kalau kamu seorang rasul, pasti kamu tidak akan makan makanan itu. Dan ternyata engkau benar-benar rasul.” Akhirnya Zaenab menyatakan diri masuk Islam.
Jamaah yang dimuliakan oleh Allah!
Sikap toleransi yang dikembangkan oleh Nabi patut kita teruskan. Marilah kita bangun sikap ”siapapun orang Indonesia mereka adalah saudara kita. Saudara sebangsa, saudara sesama muslim, saudara sesama umat manusia. Apapun aspirasi politik, warna kaos, dan haluan organisasinya, bukanlah halangan untuk bisa bersatu membangun negara ini.” Karena itulah persatuan dan kesatuan harus dibangun. Mudah-mudahan Allah melimpahkan taufik serta inayah-Nya kepada kita agar ke depan kita mampu membangun masyarakat Indonesia yang diilhami dari ajaran-ajaran luhur Nabi Muhammad Saw.                    

Related Posts

Khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad
4/ 5
Oleh

Saya Ingin Berlangganan

Mau dapat up date terbaru teks khutbah Jumat? Silakan berlangganan via email.

1 komentar:

Tulis komentar
avatar
Anonim
2 Februari 2022 pukul 08.12

Casinos with live dealer games - Lucky Club
Slots Casino is a top online casino in luckyclub Australia. In this guide, we will share some information about Casinos with Live Dealer Games. You can

Reply