Kamis, 27 Oktober 2016

Khutbah Idul Adha dengan Judul Meneladani Ibrahim



Allahu akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
Hadirin shalat Id rahimakumullah
Kembali kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan kenikmatan yang sangat banyak. Nikmat yang tidak akan mampu  kita menghitungnya. Oleh karena itu, yang terbaik kita lakukan adalah memanfaatkan setiap kenikmatan untuk menjalankan segala perintah-Nya. Sebagai manisfestasi syukur kita kepada Allah antara lain ialah berkurban.

Allah berfirman, “Sesunggunya Kami telah memberikan kenikmatan kepadamu yang banyak. Maka shalatlah kepada Tuhanmu dan berkurbanlah.” (Q.S. al-Kautsar: 1-2)
Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabatnya, dan para pengikutnya yang tidak henti menyebarkan syariat Islam sampai akhir nanti.

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil hamd
Hadirin rahimakumullah
Hari ini santero jagat sedang mengumandangkan takbir dan tahmid, mengiringi jamaah haji termasuk jamaah haji Indonesia. Kita harus berbangga, karena kita adalah umat Islam terbesar yang paling sering melaksanakan ibadah haji. Ini pertanda kemakmuran dan nikmat yang diberikan Allah kepada bangsa Indoensia ini sangat banyak. Ibadah haji yang dilaksanakan kaum muslimin di kota Mekah saat ini, juga kita laksanakan di sini, yakni dengan tujuan dan target mendekatkan diri kepada Allah, sedekat dekatnya. Di sana dilakukan puasa Arafah, di sini juga demikian.  Di sana dilakukan penyembelihan kurban, maka setelah shalat Id nanti itupun dilakukan di sini.

Di sana ada takbir, tahmid dan tahlil, di sini pun kita melakukan yang sama. Pada hakekatnya tujuannya sama. Tapi kita berharap semoga kita diundang oleh Allah untuk melaksanakan haji. Bagi yang sudah berangkat harusnya bersyukur, karena saat ini sangat susah berangkat, antrenya panjang.
Ibadah haji tidak bisa lepas dari sejarah Nabi Ibrahim as. Khatib berharap logika pelaksaanaan Idul Adha harus melahirkan pikiran, logika. Pertama, hidup dengan mulia dan terhormat. Kedua, hidup dengan tujuan dan semangat. Dan tiga, hidup dengan benar dan amanah.

Hadirin yang berbahagia,

Kali ini saya ingin masuk pada logika tersebut, memasuki kemudian meneladani  dan menjalankan dalam kehidupan sekarang maupun akan datang. Yaitu belajar dari harapan Nabi Ibrahim. Harapan Nabi Ibrahim ini pada hakekatnya adalah harapan kita, harapan bangsa dan negara.

Nabi Ibrahim memiliki empat harapan. Harapan pertama harapan pribadi. Yaitu, Nabi Ibrahim berhadap dalam doanya, untuk dihindarkan dan dijauhkan dari perbuatan musyrik. Menurut Sayyid Qutb, ketika doa ini dikumandakangkan hakekatnya memohon kepada Allah agar nikmat spesial dibanding nikmat-nikmat lain, yaitu nikmat dihindarkan dari kemusyrikan, dari kebodohan menyekutukan Tuhan, apa itu dalam bentu harta dan jabatan, yang dalam sejarahnya dalam bentuk berhala.

Id qa la ibrahimu rabbij al hadza baladan aaminaw wajnubni wabaninna an na’buda asnam. “Ya Alah, jauhkan aku dan anak cucuku dari menyembah berhala.”

Ini adalah nikmat spesial, dari kejahilian ke kecerahan iman dan tauhid. Tauhid itu prinsip pertama dalam Islam.  Dan kita sangat senang, karena kita bisa menjalankan ibadah saat ini semata-mata karena tauhid. Semata mata karena iman kepada Allah. Nabi Ibrahim juga berhadap kepada Allah, agar diberikan ilmu. Hikmah, pengetahuan yang luas.

Rabbi habli hukman. “Ya Allah, berikan kepadaku ilmu hikmah,”
Karena inilah modal menjalani hidup lebih baik. Tanpa ilmu dan hikmah kita akan hidup dengan susah. Nabi Ibrahim juga berahap, wa-alhiqni bishhalihin, “masukkakan aku dalam kumpulan orang-orang yang saleh,” Dan Ibrahim juga meminta agar dikemudian hari menjadi ceirta dan tutur yang baik. Ini artinya, untuk menjadi orang yang saleh akan diceritakan orang yang baik-baiknya. Maka Ibrahim juga meminta kepada Allah, untuk “waj'alni lisana sidqin,”  jadikan lisan manusia yang bercerita tentangku hal yang baik-baik.  Instropeksi kita, apakah kita sudah bertanya, apakah yang kita lakukan selama ini akan menghadirkan cerita-cerita yang baik di kemudian hari.

Nabi Ibrahmi juga memohon, agar mendapakan surga yang penuh nikmat,
Ini harapan pribadi. Dan harapan pribadi lainnya, ketika berhubungan dengan mendidik keluarganya, termasuk menjadi ayah dan suami. Diterima amal ibadahnya, dan disukseskan amal kerjanya.
Inna taqabbal minna innakan antas samiul alim


Allahu akbar.
Kemudian meningkat harapan yang kedua, yaitu harapan atas keluarga. Apa yang beliau lakukan adalah bersikap kirits kepada keluarga. Kepada orangtuanya dia tidak sungkan-sungkan meluruskan. Azar, adalah pemimpin penyembah berhala. Maka, Ibrahim memohon kepada Allah, untuk meluruskan ayahnya.

Idz qala ibrahimu li abihi Azaara atattakhidu asnaman alihatan, “Ayahku, pantaskah kita menjadikan berhala itu sebagai tuhan. Sesungguhnya saya melihat engkau  dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata.”
Jadi untuk mengingatkan itu sangat boleh termasuk kepada ayah kita. Maka kemudian, Nabi Ibrahim yang sudah mendapatkan istri shaleha, dia meminta

Rabbi habli minashslihin.

Ya Allah, berilah aku anak yang saleh. Shalah bosa diterjemakan  sebagai profesional.  Porporsianal. Karena yang saleh bisa mendukukkan sesuatu pada tempatnya.

Maka, dikabulkan oleh Allah: fabasyirhu bigulamin halim. Kemudian kami kabarkan kepadanya dengan datangnya anaknya, Ismail, yaitu anak yang sabar. Betapa tidak  ketika Allah berfirman, falamma balagha sa’ya, ketika saudah sampai pada usia bisa bekerja, maka Nabi Ibrahim berkata, ya bunayya, inni ara filmanami, anni azbahuku. Wahai Ismail, aku melihat dalam mimpiku aku menyembelihmu. Coba pikirkan, bagaimana pendapatmu. Ismail menjawab, lakukanlah ayahku apapun yang engkau perintahkan, engkau akan mendapatkan anakmu ini sebagai orang sabar.

Mengapa kesabaran dimintakan kepada Ibrahim. Inilah karakter, budi pekerti, akhlakul karimah, yang harus kita tanamkan keapda anak-anak kita. Harapan ini adalah simbolnya nabi Ibrahim. Namun hakekatnya adalah kita semua. Nabi Ibrahim setelah anak soleh ini, untuk apa. Dalam al-Quran diceritakan, bahwa aku meninggalkan anakku di lembah yang tandus, dekat baitul muharam. Untuk mendirikan shalat. Nabi Ibrahim tidak saja meninggalkan saja, tetapi mendoakan. Tapi sebelum itu, meminta harus berdiri shalat. Karena anak kita akan condong kepada anak-anak kita yang shaleh.  Kecenderungan hati kalau melihat anak shaleh tentus senang. Kalau sudah senang, pasti diangkat jadi apapun. Karena ada kepercayaan kepada anak shaleh.

Dan Nabi Ibrahim juga berpengharapan, yaitu kepada masyarakat.  Dengan memohon kepada Allah, itu sejak dulu. Tidak hanya memohon, melainkan berprilaku yang kritis, dengan memberikan pencerahan. Memberikan pengetahuan-pengetahuan, dengan membuat logia orang berpikir. Ketika dia berjanji, laaqidanna asnamakum, “Aku akan kelabui berhala-berhala itu.” kemudian menjadikan patung-patung itu berpuing-puing.  Supaya nanti, mereka melihat patung-patung sudah hancur.  Hanya satu yang dituinggalkan. Dan kapaknya diletakkan d pundak paling besar. Ketika ditanya, tinggal menunjuk dia yang paling besar. Mudah-muhdan dengan begitu dia balik bertanya.

Mereka bertanya, “Siapa yang melakukan terhadap tuhan-tuhan kita?” kemudiana diceritakanm, ada seorang pemuda yang mnecela tuhan kita, namanya Ibrahim.

Kepadeluian suepada bertauhid, tidak hanya untuk ayahnya, melainkan untuk masyarakatnya. Dengan tahapan-tahanapan dan terprogam dengan baik. Bahkan, dalam alQuran dijelaskan,  Ibrahim memohon regerasai, suapaya berkelanjutan, “Rabbana wab’as rasulan minhum.” Utuslah setelah aku ini, rasul. Yang membacakan ayat-ayatnmu, dan mengajarkan ilmu-ilmu dalam dalam alquran, dan hikmah. Dan yang mensudikan hati mereka, innaka antal azizul hakim.

Terakhir, harapan terhadap bangsa dan negara. Lagi-lagi Nabi Ibrahim dengan merendahkan diri, maka Allah mengamabrkan dalam firmannya. Rabbial hada baladan aminan. Ya Allah, jadikan negara ini negara yang aman. Kata Sayyid Qutb, aman itu menyangkut sisi sejati keansuiaan. Coba kita tanya, siapa tidak mau aman.  Kualitas dan derajat manusia yang lebih tinggi, itu hanya bisa dicapai itu dalam situasai yang aman. Maka, untuk aman itu ekonominya diserasikan, diharmonikan, ditingkatkan. Yaitu dengan memohon” warzuqhum minas samarat. “Dan berilah rizki denganb tahnamanan.

Ini kita katanya subur makmur loh jiwai. Hanya keadailan lah yang belum diratakan. Jadi, jangan salahkan Allah, seolah Allah tidak memberi rizeki kepada kita. Semua yang bertanggung jawab terhadap tanah air  kita  ya kita sendiri. Nabi bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan akan dimintai pertanggungjawaban kelak.”

Nabi Ibrahim senantiasa berhadap, semoga anak-anakku anak yang saleh.
Nabi Muhammad bersabda, diriwayatkan dari Abu Zar, ” Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak jadikan aku pejabat. Nabi menjabat seraya menyentuh bahunya, “Kamu itu tidak mampu, dan jabatan itu amanah. Dan di hari kiamat jabatan itu adalah kehinaan dan penyesalan. Kecuali orang yang jadinya dengan hak benar, dan dia mengambil jabatan itu dengan hak dan benar, dan menjalankan amanah itu dengan baik.

Allahu Akbar Allahu Akbar.


Related Posts

Khutbah Idul Adha dengan Judul Meneladani Ibrahim
4/ 5
Oleh

Saya Ingin Berlangganan

Mau dapat up date terbaru teks khutbah Jumat? Silakan berlangganan via email.