Hadirin shalat Id
rahimakumullah
Kembali kita memanjatkan
puji dan syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan kenikmatan yang
sangat banyak. Nikmat yang tidak akan mampu kita menghitungnya. Oleh karena itu, yang
terbaik kita lakukan adalah memanfaatkan setiap kenikmatan untuk menjalankan
segala perintah-Nya. Sebagai manisfestasi syukur kita kepada Allah antara lain ialah
berkurban.
Allah berfirman, “Sesunggunya
Kami telah memberikan kenikmatan kepadamu yang banyak. Maka shalatlah kepada
Tuhanmu dan berkurbanlah.” (Q.S. al-Kautsar: 1-2)
Shalawat dan salam semoga
dicurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabatnya, dan para pengikutnya
yang tidak henti menyebarkan syariat Islam sampai akhir nanti.
Allahu Akbar Allahu
Akbar Walillahil hamd
Hadirin rahimakumullah
Hari ini santero jagat
sedang mengumandangkan takbir dan tahmid, mengiringi jamaah haji
termasuk jamaah haji Indonesia. Kita harus berbangga, karena kita adalah umat
Islam terbesar yang paling sering melaksanakan ibadah haji. Ini pertanda
kemakmuran dan nikmat yang diberikan Allah kepada bangsa Indoensia ini sangat
banyak. Ibadah haji yang dilaksanakan kaum muslimin di kota Mekah saat ini,
juga kita laksanakan di sini, yakni dengan tujuan dan target mendekatkan diri
kepada Allah, sedekat dekatnya. Di sana dilakukan puasa Arafah, di sini juga
demikian. Di sana dilakukan
penyembelihan kurban, maka setelah shalat Id nanti itupun dilakukan di sini.
Di sana ada takbir, tahmid
dan tahlil, di sini pun kita melakukan yang sama. Pada hakekatnya
tujuannya sama. Tapi kita berharap semoga kita diundang oleh Allah untuk
melaksanakan haji. Bagi yang sudah berangkat harusnya bersyukur, karena saat
ini sangat susah berangkat, antrenya panjang.
Ibadah haji tidak bisa
lepas dari sejarah Nabi Ibrahim as. Khatib berharap logika pelaksaanaan Idul Adha
harus melahirkan pikiran, logika. Pertama, hidup dengan mulia dan terhormat.
Kedua, hidup dengan tujuan dan semangat. Dan tiga, hidup dengan benar dan
amanah.
Hadirin yang berbahagia,
Kali ini saya ingin masuk
pada logika tersebut, memasuki kemudian meneladani dan menjalankan dalam kehidupan sekarang
maupun akan datang. Yaitu belajar dari harapan Nabi Ibrahim. Harapan Nabi
Ibrahim ini pada hakekatnya adalah harapan kita, harapan bangsa dan negara.
Nabi Ibrahim memiliki
empat harapan. Harapan pertama harapan pribadi. Yaitu, Nabi Ibrahim berhadap dalam
doanya, untuk dihindarkan dan dijauhkan dari perbuatan musyrik. Menurut Sayyid
Qutb, ketika doa ini dikumandakangkan hakekatnya memohon kepada Allah agar
nikmat spesial dibanding nikmat-nikmat lain, yaitu nikmat dihindarkan dari
kemusyrikan, dari kebodohan menyekutukan Tuhan, apa itu dalam bentu harta dan
jabatan, yang dalam sejarahnya dalam bentuk berhala.
Id qa la ibrahimu rabbij
al hadza baladan aaminaw wajnubni wabaninna an na’buda asnam. “Ya Alah, jauhkan
aku dan anak cucuku dari menyembah berhala.”
Ini adalah nikmat
spesial, dari kejahilian ke kecerahan iman dan tauhid. Tauhid itu prinsip
pertama dalam Islam. Dan kita sangat
senang, karena kita bisa menjalankan ibadah saat ini semata-mata karena tauhid. Semata mata karena iman kepada Allah.
Nabi Ibrahim juga berhadap kepada Allah, agar diberikan ilmu. Hikmah,
pengetahuan yang luas.
Rabbi habli hukman. “Ya
Allah, berikan kepadaku ilmu hikmah,”
Karena inilah modal
menjalani hidup lebih baik. Tanpa ilmu dan hikmah kita akan hidup dengan susah.
Nabi Ibrahim juga berahap, wa-alhiqni bishhalihin, “masukkakan aku dalam kumpulan
orang-orang yang saleh,” Dan Ibrahim juga meminta agar dikemudian hari menjadi ceirta
dan tutur yang baik. Ini artinya, untuk menjadi orang yang saleh akan diceritakan
orang yang baik-baiknya. Maka Ibrahim juga meminta kepada Allah, untuk “waj'alni
lisana sidqin,” jadikan lisan manusia
yang bercerita tentangku hal yang baik-baik. Instropeksi kita, apakah kita sudah bertanya,
apakah yang kita lakukan selama ini akan menghadirkan cerita-cerita yang baik di
kemudian hari.
Nabi Ibrahmi juga
memohon, agar mendapakan surga yang penuh nikmat,
Ini harapan pribadi. Dan harapan pribadi
lainnya, ketika berhubungan dengan mendidik keluarganya, termasuk menjadi ayah
dan suami. Diterima amal ibadahnya, dan disukseskan amal kerjanya.
Inna taqabbal minna
innakan antas samiul alim
Allahu akbar.
Kemudian meningkat harapan
yang kedua, yaitu harapan atas keluarga. Apa yang beliau lakukan adalah
bersikap kirits kepada keluarga. Kepada orangtuanya dia tidak sungkan-sungkan
meluruskan. Azar, adalah pemimpin penyembah berhala. Maka, Ibrahim memohon
kepada Allah, untuk meluruskan ayahnya.
Idz qala ibrahimu li abihi
Azaara atattakhidu asnaman alihatan, “Ayahku, pantaskah kita menjadikan berhala itu sebagai tuhan.
Sesungguhnya saya melihat engkau dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata.”
Jadi untuk mengingatkan
itu sangat boleh termasuk kepada ayah kita. Maka kemudian, Nabi Ibrahim yang
sudah mendapatkan istri shaleha, dia meminta
Rabbi habli minashslihin.
Ya Allah, berilah aku
anak yang saleh. Shalah bosa diterjemakan sebagai profesional. Porporsianal. Karena yang saleh bisa
mendukukkan sesuatu pada tempatnya.
Maka, dikabulkan oleh
Allah: fabasyirhu bigulamin halim. Kemudian kami kabarkan kepadanya dengan
datangnya anaknya, Ismail, yaitu anak yang sabar. Betapa tidak ketika Allah berfirman, falamma balagha
sa’ya, ketika saudah sampai pada usia bisa bekerja, maka Nabi Ibrahim berkata,
ya bunayya, inni ara filmanami, anni azbahuku. Wahai Ismail, aku melihat dalam
mimpiku aku menyembelihmu. Coba pikirkan, bagaimana pendapatmu. Ismail menjawab,
lakukanlah ayahku apapun yang engkau perintahkan, engkau akan mendapatkan
anakmu ini sebagai orang sabar.
Mengapa kesabaran
dimintakan kepada Ibrahim. Inilah karakter, budi pekerti, akhlakul karimah,
yang harus kita tanamkan keapda anak-anak kita. Harapan ini adalah simbolnya
nabi Ibrahim. Namun hakekatnya adalah kita semua. Nabi Ibrahim setelah anak
soleh ini, untuk apa. Dalam al-Quran diceritakan, bahwa aku meninggalkan anakku
di lembah yang tandus, dekat baitul muharam. Untuk mendirikan shalat. Nabi
Ibrahim tidak saja meninggalkan saja, tetapi mendoakan. Tapi sebelum itu,
meminta harus berdiri shalat. Karena anak kita akan condong kepada anak-anak kita
yang shaleh. Kecenderungan hati kalau
melihat anak shaleh tentus senang. Kalau sudah senang, pasti diangkat jadi
apapun. Karena ada kepercayaan kepada anak shaleh.
Dan Nabi Ibrahim juga
berpengharapan, yaitu kepada masyarakat. Dengan memohon kepada Allah, itu sejak dulu.
Tidak hanya memohon, melainkan berprilaku yang kritis, dengan memberikan
pencerahan. Memberikan pengetahuan-pengetahuan, dengan membuat logia orang
berpikir. Ketika dia berjanji, laaqidanna asnamakum, “Aku akan kelabui
berhala-berhala itu.” kemudian menjadikan patung-patung itu berpuing-puing. Supaya nanti, mereka melihat patung-patung
sudah hancur. Hanya satu yang
dituinggalkan. Dan kapaknya diletakkan d pundak paling besar. Ketika ditanya,
tinggal menunjuk dia yang paling besar. Mudah-muhdan dengan begitu dia balik
bertanya.
Mereka bertanya, “Siapa
yang melakukan terhadap tuhan-tuhan kita?” kemudiana diceritakanm, ada seorang
pemuda yang mnecela tuhan kita, namanya Ibrahim.
Kepadeluian suepada
bertauhid, tidak hanya untuk ayahnya, melainkan untuk masyarakatnya. Dengan
tahapan-tahanapan dan terprogam dengan baik. Bahkan, dalam alQuran dijelaskan, Ibrahim memohon regerasai, suapaya
berkelanjutan, “Rabbana wab’as rasulan minhum.” Utuslah setelah aku ini, rasul.
Yang membacakan ayat-ayatnmu, dan mengajarkan ilmu-ilmu dalam dalam alquran,
dan hikmah. Dan yang mensudikan hati mereka, innaka antal azizul hakim.
Terakhir, harapan
terhadap bangsa dan negara. Lagi-lagi Nabi Ibrahim dengan merendahkan diri, maka
Allah mengamabrkan dalam firmannya. Rabbial hada baladan aminan. Ya Allah,
jadikan negara ini negara yang aman. Kata Sayyid Qutb, aman itu menyangkut sisi
sejati keansuiaan. Coba kita tanya, siapa tidak mau aman. Kualitas dan derajat manusia yang lebih
tinggi, itu hanya bisa dicapai itu dalam situasai yang aman. Maka, untuk aman
itu ekonominya diserasikan, diharmonikan, ditingkatkan. Yaitu dengan memohon”
warzuqhum minas samarat. “Dan berilah rizki denganb tahnamanan.
Ini kita katanya subur
makmur loh jiwai. Hanya keadailan lah yang belum diratakan. Jadi, jangan
salahkan Allah, seolah Allah tidak memberi rizeki kepada kita. Semua yang
bertanggung jawab terhadap tanah air kita
ya kita sendiri. Nabi bersabda, “Setiap
kalian adalah pemimpin, dan kalian akan akan dimintai pertanggungjawaban kelak.”
Nabi Ibrahim senantiasa
berhadap, semoga anak-anakku anak yang saleh.
Nabi Muhammad bersabda,
diriwayatkan dari Abu Zar, ” Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak jadikan aku pejabat.
Nabi menjabat seraya menyentuh bahunya, “Kamu itu tidak mampu, dan jabatan itu
amanah. Dan di hari kiamat jabatan itu adalah kehinaan dan penyesalan. Kecuali
orang yang jadinya dengan hak benar, dan dia mengambil jabatan itu dengan hak
dan benar, dan menjalankan amanah itu dengan baik.
Allahu Akbar Allahu
Akbar.
Khutbah Idul Adha dengan Judul Meneladani Ibrahim
4/
5
Oleh
Unknown