Naskah Khutbah Idul Fitri ini memiliki tema yang sangat dalam, yaitu tentang Sombong. Teks Khutbah Idul Fitri ini agak singkat, namun pesannya sangat dalam. Bagi Anda yang akan jadi Khatib Idul Fitri, dapat mengambil inspirasi dari teks khutbah berikut
==========================================================
Menjauhi Sifat Sombong
Ma’asyiral muslimin jamaah Idul fitri
Alhamdulillah, kita telah puasa satu bulan penuh.
Telah tarawih, telah membayar zakat, telah shalat-shalat sunah. Semoga semua
diterima Allah. Semoga kita mendapat laitaul qadar.
Selawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad.
Mari kita meningkatkan takwa, dengan menjalani yang diperintah dan menjauhi
yang dilarang.
![]() |
khutbah idul fitri |
Dalam al-Quran Allah berfirman dalam surat Abasa ayat 18-23:
"Dari apakah Allah menciptakannya?
Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya. kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam
kubur, kemudian
bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Sekali-kali jangan; manusia
itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.”
Bahwa kita berasal dari barang yang menjijikkan. Ini mengandung arti, bahwa
jangan ada sombong dalam diri kita sedikitpun. Karena kesombonganlah yang mengharamkan
kita masuk surga.
Kata Nabi, “Tidak masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada sedikit kesombongan.”
Ada seorang sahabat yang datang kepada Rasulullah, saya memiliki teman yang
rumahnya mewah, pakaiannya serba indah, apakah ini termasuk sombong?” Maka Nabi menjawab, “Allah itu indah dan
senang yang indah.”
Baca Juga: Khutbah Idul Adha
Kata Nabi, “Yang dinamakan sombong adalah mengingkari kebenaran dan
merendahkan derajat orang lain.”
Kemudian, setelah diciptakan, maka ditentukan nasib kita. Bukan main
mudahnya menjadi presiden, kalau sudah garisnya. Betapa mudahnya menjadi eselon
1 kalau sudah garusnya. Betapa susahnya menjadi presiden kalau bukan garisnya. Betapa
sulitntya menjadi satpam kalau sudah garisnya.Kalau sudah garisnya, maka akan diberi jalan oleh Allah.
Kemudian semua ujungnya sama; kembali kepada-Nya. Mati dan dikubur.
Dalam Islam, kuburan itu ada dua. Kuburan yang menjadi pelataran dari taman
surga, dan kuburan yang menjadi tepi jurang neraka. Menurut Imam Auza’i,
bahagialah orang yang mampu membangun kuburannya sebelum dia dimasukkan dalam
kuburan. Kita duduk di sini, kita puasa, kita berkeinginan kuburan kita menjadi
palataran dari taman surga. Jangan sampai kita meninggal masuk dalam siksanya
Allah.
Oleh karena itu, dalam khutbah
ini saya hanya pesan dua perkara. Pertama, marilah kita shalat dengan berjamaah,
khususnya bagi kaum laki-laki. Memang, shalat jamaah itu hukumnya fardu
kifayah. Biasanya disamakan dengan
shalat janazah. Artinya, kalau sudah ada yang menjalankan, maka gugurlah
kewajiban menjalankannya. Tapi, shalat jamaah lain dengan shalat jazanah.
Sampai-sampai Nabi bersabda, “Tidak sempurna shalatnya seorang yang rumahnya bertetangaan
dengan masjid keculai di mesjid.” Yang dinamakan tetangga itu, jarak empuluh puluh
rumahnya dari mesjid.
Dan shalat jamaah itu tidak seperti yang Bapak bayangkan. Pada zaman Rasulullah,
sahabat akan meminta izin kepada Rasulullah manakala tidak bisa shalat jamaah.
Misalnya Ummi Maktum, sahabat Nabi yang buta. Dia berkata, “Wahai Rasulullah,
mata saya buta, dan rumah saya melwati padang pasir yang banyak binatang melata.
Oleh karena itu, izin saya tidak ikut shalat jamaah.” Kemudian Nabi memperbolehkan
tidak jamaah. Sebelum pamit pulang, Ummi Maktum dipanggil lagi. Nabi bertanya,”Apakah
kamu mendengar suara azan?” Ummi Maktum berkata, “Saya mendengar, ya Rasul.”
Maka Nabi berkata, “Wajib bagimu shalat berjamaah.”
Ada sebuah hadis, “Barang siapa yang menganggap enteng shalat berjamaah,
maka Allah akan menimpakan dia dua belas mala petaka. Yang tiga di dunia, tiga
berikutnya ketika dijemput kematian, kemudian tiga di alam kubur, dan tiga
berikutnya di hari kiamat.”
Konon katanya, orang yang tidak mau jamaah, anaknya akan nakal. Kalau tidak
berjamaah, matinya kesulitan.Maka doa: Allahumma hawwin alaina fi sakaratil maut, “Ya Allah,
mudahkanlah aku dalam sakaratul maut,” itu tidak berfungsi kalau tidak shalat berjamaah.
Jamaah yang berbahagia,
Dalam kitab Tanbighul Ghafilin, dikatakan, apabila azan berbunti,
maka bumi bergetar. Apabila ada langkah-langkah yang datang ke mesjid, maka
bumi berdoa, ‘Ya Allah, hamba-hamba-Mu yang datang memenuhi panggilan-Mu itu ampunilah dosanya, dan maskukan ke dalam surga-Mu.’
Apabila terdengar azan, dan ada hamba
yang enggan shalat jamaah, maka bumi berdoa. “Ya Allah hambamu yang engakau
panggil dan tidak bergerak memenuhi panggilan-Mu, maka timpakan kepadanya
siksa’
Yang kedua, keluarkan zakat. Shalat dan zakat itu tiadk bisa dipisahkan.
Satu paket. Orang zakat itu pahalanya luar biasa. Dijamin masuk surga asal
dibarengi dengan menjalankan shalat.
Siapa hartanya sudah memenuhi kewajiban mengeluarkan zakat namun dia tidak
juga mengeluarkan zakat, maka akan dimaskkan dalam neraka bersama ular
berkepala botak. Dialah jelmaan harta yang tidak dikeluarkan zakatnya. Dia akan berputar-putar di Padang Mahsyar, mencari
orang yang tidak mengeluaran zakat. Ular itu akan berkata, “Saya adalah
hartamu, simpananmu yang kamu makan sendiri.”
Maka, kalau kita ingin kuburan kita menjadi taman dari surga, mari kita
tegakkan shalat berjamaah, mari kita keluarkan zakat kita, demi mendapat rida
Allah Saw.
Khutbah Idul Fitri, dengan Judul Menjauhi Sifat Sombong
4/
5
Oleh
Unknown