Marilah kita
panjatkan puji syukur kehadirat Allah, yang telah memberikan nikmat kesehatan,
nikmat iman, dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak dapat kita hitung jumlahnya. Shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, para keluarga, sahabat,
dan pengikutnya ila yaumil qiyamah. Marilah kita
tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt, dengan semaksimal mungkin
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hadirin, jamaah
Jumat rahimakumullah
Satu risalah tidak pernah akan
terlaksana kecuali ada orang-orang yang mau memperjuangkannya. Termasuk dalam
hal ini risalah Islam. Sebuah perjuangan tentu membutuhkan pengorbanan. Apalagi
pada zaman modern ini, dimana umat Islam dihadapkan pada ujian berat. Mulai
perpecahan umat, kemaksiatan, sampai melemahnya semangat juang di jalan Allah.
Untuk menghadapi semua itu diperlukan jiwa berani berkorban. Dalam surat
al-Hujurat ayat 15, Allah berfirman,“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar.”
Seorang yang mengaku mukmin tapi tidak mau berjuang,
maka mukminnya dipertanyakan. Sebab semakin tinggi keimanan seseorang, saat itu pula ujian makin
berat. Ujian memang ada dimana-mana. Ketika makan, orang mukmin harus
berhati-hati agar makanannya halal. Saat berkeja
dia berusaha bekerjanya dengan benar. Dan ketika bermuamalah, dia berusaha
bermuamalah dengan baik.
Baca Juga: Khutbah Dengan Cinta
Dalam sejarah Islam, para sahabat
berlomba-lomba dalam pengorbanan. Dalam persiapan Perang Tabuk Rasulullah Saw memerintahkan
para sahabat menyedekahkan sebagian hartanya sebagai bekal perang. Adalah Umar
bin Khattab yang berharap dapat
menyedekahkan separuh hartanya sehingga mampu mengalahkan Abu Bakar. Namun saat
tahu Abu Bakar menyedekahkan hampir seluruh hartanya, maka Umar berkata, “Selama
ini saya tidak mampu mengalahkan sedekahnya Abu Bakar.”
Tidak sekedar harta melainkan juga
jiwa. Luar biasa benar para sahabat Nabi. Mereka berlomba mengikuti peperangan demi
mendapatkan mati syahid di jalan Allah. Ada ayah dan anak yang berebut pergi
jihad karena kedua-duanya ingin mendapatkan syahid. Menurut aturan jika dalam
satu keluarga seorang ayah sudah pergi jihad, maka anaknya harus tetap di rumah. Namun karena dua-duanya berhasrat
pergi diadakanlah undian. Dan hasil dari undian itu yang keluar adalah sang anak.
Rupanya sang ayah masih berlum terima hasil undian itu seraya berkata,”Kamu
masih muda, lebih baik ayah yang berangkat.” Apa kata anaknya., “Untuk urusan
surga tidak ada kaitannya tua atau muda.”
Hadirin, jamaah
Jumat rahimakumullah
Berkorban juga dalam hal kesenangan. Betapa banyak
manusia sekarang menuruti nafsunya. Tidak sedikit yang rela bela-belain membeli
hanphone yang mahal harganya. Tetapi ketika musim Idul Adha tiba mereka
enggan berkurban. Mengorbankan kesenangan merupakan perkara yang hebat. Banyak
kesenangan yang harus kita korbankan demi perjuangan di jalan Allah. Ketika
enak-enaknya tidur kita memilih bangun berdoa untuk umat manusia. Kita memilih shalat
subuh berjamaah di mesjid ketimbang di
rumah. Padahal berat rasanya meninggalkan rumah saat subuh. Namun dia tetap
melakukannya. Karena yang membedakan orang mukmin dan munafik ialah apakah dia
shalat jamaah subuh dan isya di masjid atau tidak.
Berkorban juga bisa lewat keahlian yang kita
miliki. Dalam peristiwa Perang Badar Rasulullah menjadikan tempat yang jauh
dari sumber air sebagai markasnya. Khabbab yang menilai pilihan tersebut kurang
strategis berkata, “Ya Rasulullah, apakah pemilihan tempat ini merupakan
wahyu atau sekedar strategi perang?” kata Rasulillah, “Ini strategi perang.” “Kalau strategi perang,
menurut saya lebih strategis di e tempat yang berdekatan dengan air. Alasannya saat musuh tertimpa haus sementara sumber air kita
kuasai, kita berpeluang memenangkan peperangan.”
Dan usul itu kemudian diterima.
Saat Perang Khandaq Salman Alfarisi
mengusulkan pembuatan parit untuk
menghalau musuh. Dia mendapatkan strategi itu dari negerinya yang biasa membuat
parit saat menghadapi musuh yang terlampau banyak. Usulnya yang brilian
tersebut disetujui oleh Nabi. Akhirnya Nabi beserta para sabahat membuat parit.
Pengorbanan dapat kita lakukan dalam berbagai
bentuk. Disaat masyarakat sudah
belomba-lomba dalam kemewahan, maka pengorbanan itu dapat kita wujudkan minimal
dengan cara menjauhkan diri dari
kemewahan. Atau menjauhi yang haram dan mencari yang halal. Ini bentuk pengorbanan yang senantiasa kita lakuakan,
agar apa yang kita lakukan benar dan halal.
Khutbah Jumat Lengkap dengan Judul Pengorbanan
4/
5
Oleh
Unknown