Tampilkan postingan dengan label Khutbah Idul Fitri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah Idul Fitri. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Desember 2016

Khutbah Idul Fitri, dengan Judul Menjauhi Sifat Sombong



Naskah Khutbah Idul Fitri ini memiliki tema yang sangat dalam, yaitu tentang Sombong. Teks Khutbah Idul Fitri ini agak singkat, namun pesannya sangat dalam. Bagi Anda yang akan jadi Khatib Idul Fitri, dapat mengambil inspirasi dari teks khutbah berikut
==========================================================

Menjauhi Sifat Sombong

Ma’asyiral muslimin  jamaah Idul fitri
Alhamdulillah, kita telah puasa satu bulan penuh. Telah tarawih, telah membayar zakat, telah shalat-shalat sunah. Semoga semua diterima Allah. Semoga kita mendapat laitaul qadar.

Selawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad. Mari kita meningkatkan takwa, dengan menjalani yang diperintah dan menjauhi yang dilarang.

naskah  khutbah idul fitri
khutbah idul fitri

Dalam al-Quran Allah berfirman dalam surat Abasa ayat 18-23:
"Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya. kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.”

Bahwa kita berasal dari barang yang menjijikkan. Ini mengandung arti, bahwa jangan ada sombong dalam diri kita sedikitpun. Karena kesombonganlah yang mengharamkan kita masuk surga. 

Kata Nabi, “Tidak masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada sedikit kesombongan.”
Ada seorang sahabat yang datang kepada Rasulullah, saya memiliki teman yang rumahnya mewah, pakaiannya serba indah, apakah ini termasuk sombong?”  Maka Nabi menjawab, “Allah itu indah dan senang yang indah.”

Baca Juga: Khutbah Idul Adha
Kata Nabi, “Yang dinamakan sombong adalah mengingkari kebenaran dan merendahkan derajat orang lain.”

Kemudian, setelah diciptakan, maka ditentukan nasib kita. Bukan main mudahnya menjadi presiden, kalau sudah garisnya. Betapa mudahnya menjadi eselon 1 kalau sudah garusnya. Betapa susahnya menjadi presiden kalau bukan garisnya. Betapa sulitntya menjadi satpam kalau sudah garisnya.Kalau sudah garisnya, maka akan diberi jalan oleh Allah. 

Kemudian semua ujungnya sama; kembali kepada-Nya. Mati dan dikubur.

Dalam Islam, kuburan itu ada dua. Kuburan yang menjadi pelataran dari taman surga, dan kuburan yang menjadi tepi jurang neraka. Menurut Imam Auza’i, bahagialah orang yang mampu membangun kuburannya sebelum dia dimasukkan dalam kuburan. Kita duduk di sini, kita puasa, kita berkeinginan kuburan kita menjadi palataran dari taman surga. Jangan sampai kita meninggal masuk dalam siksanya Allah.  

Oleh karena itu, dalam khutbah ini saya hanya pesan dua perkara. Pertama, marilah kita shalat dengan berjamaah, khususnya bagi kaum laki-laki. Memang, shalat jamaah itu hukumnya fardu kifayah.  Biasanya disamakan dengan shalat janazah. Artinya, kalau sudah ada yang menjalankan, maka gugurlah kewajiban menjalankannya. Tapi, shalat jamaah lain dengan shalat jazanah. Sampai-sampai Nabi bersabda, “Tidak sempurna shalatnya seorang yang rumahnya bertetangaan dengan masjid keculai di mesjid.” Yang dinamakan tetangga itu, jarak empuluh puluh rumahnya dari mesjid. 

Dan shalat jamaah itu tidak seperti yang Bapak bayangkan. Pada zaman Rasulullah, sahabat akan meminta izin kepada Rasulullah manakala tidak bisa shalat jamaah. Misalnya Ummi Maktum, sahabat Nabi yang buta. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, mata saya buta, dan rumah saya melwati padang pasir yang banyak binatang melata. Oleh karena itu, izin saya tidak ikut shalat jamaah.” Kemudian Nabi memperbolehkan tidak jamaah. Sebelum pamit pulang, Ummi Maktum dipanggil lagi. Nabi bertanya,”Apakah kamu mendengar suara azan?” Ummi Maktum berkata, “Saya mendengar, ya Rasul.” Maka Nabi berkata, “Wajib bagimu shalat berjamaah.”

Ada sebuah hadis, “Barang siapa yang menganggap enteng shalat berjamaah, maka Allah akan menimpakan dia dua belas mala petaka. Yang tiga di dunia, tiga berikutnya ketika dijemput kematian, kemudian tiga di alam kubur, dan tiga berikutnya di hari kiamat.”
Konon katanya, orang yang tidak mau jamaah, anaknya akan nakal. Kalau tidak berjamaah, matinya kesulitan.Maka doa: Allahumma hawwin alaina fi sakaratil maut, “Ya Allah, mudahkanlah aku dalam sakaratul maut,”  itu tidak berfungsi kalau tidak shalat berjamaah.

Jamaah yang berbahagia,
Dalam kitab Tanbighul Ghafilin, dikatakan, apabila azan berbunti, maka bumi bergetar. Apabila ada langkah-langkah yang datang ke mesjid, maka bumi berdoa, ‘Ya Allah, hamba-hamba-Mu yang datang memenuhi panggilan-Mu itu  ampunilah dosanya, dan maskukan ke dalam surga-Mu.’  Apabila terdengar azan, dan ada hamba yang enggan shalat jamaah, maka bumi berdoa. “Ya Allah hambamu yang engakau panggil dan tidak bergerak memenuhi panggilan-Mu, maka timpakan kepadanya siksa’

Yang kedua, keluarkan zakat. Shalat dan zakat itu tiadk bisa dipisahkan. Satu paket. Orang zakat itu pahalanya luar biasa. Dijamin masuk surga asal dibarengi dengan menjalankan shalat.

Siapa hartanya sudah memenuhi kewajiban mengeluarkan zakat namun dia tidak juga mengeluarkan zakat, maka akan dimaskkan dalam neraka bersama ular berkepala botak. Dialah jelmaan harta  yang tidak dikeluarkan zakatnya. Dia akan  berputar-putar di Padang Mahsyar, mencari orang yang tidak mengeluaran zakat. Ular itu akan berkata, “Saya adalah hartamu, simpananmu yang kamu makan sendiri.”

Maka, kalau kita ingin kuburan kita menjadi taman dari surga, mari kita tegakkan shalat berjamaah, mari kita keluarkan zakat kita, demi mendapat rida Allah Saw.


Kamis, 03 November 2016

Khutbah Idul Fitri


Khutbah Iduf Fitri


اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ. وَاْلحَمْدُ ِللهِ  كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ، لاَاِلهَ اِلاَّاللهِ وَاللهُ اَكْبَرْ اَللهُ وَِللهِ اْلحَمْدُ . اَلْحَمْدُ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ سُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئََاتِ اَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ . اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَه اِلاَّاللهُ ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ . اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ ، اَمَّا بَعْدُ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ . اِتَّقُوْا اللهَ حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون.                                                                                                  



 
Jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah.
Alhamdulillah, akhirnya kita mampu menyelesaikan puasa sebulan penuh, dan hari ini kita melanjutkannya dengan shalat idul fitri. Dalam kaitan ini Rasulullah Saw bersabda: ”Barang siapa yang berpuasa sebulan penuh, malamnya dia mengeluarkan zakat fitrah, kemudian paginya dia berangkat untuk shalat ’idul fitri dan bertakbir mengagungkan nama Allah Swt, maka dia bagaikan bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya.” Artinya seluruh dosa kita diampuni oleh Allah Swt. Dan itulah tujuan puasa; membentuk orang-orang bertakwa. Mudah-mudahan seluruh ibadah kita pada bulan Ramadhan ini diterima oleh Allah Swt. Amin
Jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah!
Kalau kita perhatikan, definisi takwa itu paling tidak terkumpul dalam dua surat: pertama surat al-Baqarah ayat 1-5, kedua surat Ali Imran ayat 133-136. Ayat-ayat ini sering dibaca oleh para khatib atau penceramah, dan kerena itu cukup familier bagi kita.
Untuk masalah takwa sendiri terangkum pada surat al-Baqarah ayat 1-5. Ayat mengajak kita semua percaya kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat, serta qadha dan qadar. Kepercayaan inilah yang kemudian menjadikan kita memiliki kekuatan untuk bertahan melaksanakan puasa sebulan penuh. Tanpa itu kita tidak akan mampu menjalankan Ramadhan. Mengapa? Sebab puasa yang kita lakukan ini membutuhkan pengorbanan yang tiada terkira. Oleh karena itu, sekali lagi, kita berharap mudah-mudahan ibadah kita diterima oleh Allah Swt. Amin
Jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah!
Kita harus menyadari bahwa tahun depan kita belum tentu bertemu kembali dengan bulan Ramadhan yang agung ini. Oleh karena itu, marilah kita bersegera mencari ampunan dari Allah Swt. Seperti firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 133:
 
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga  yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran [3]: 133).

Ayat di atas kemudian dilanjutkan definisi orang bertakwa, yakni:
 
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran [3]: 134).

Suatu ketika Imam al-Ghazali bertanya kepada muridnya: ”Mana hartamu yang sesungguhnya?”
Murid itu menjawab: “Hartaku yang sesungguhnya adalah rumahku, sawahku, kebunku.”
Imam al-Ghazali kemudian berkata: “Rumahmu, kebunmu dan sawahmu itu adalah bukan hartamu, tetapi milik ahli warismu..”
Lalu, mana harta yang sebenarnya?
Imam al-Ghazali kemudian melanjutkan,”Hartamu yang sesungguhnya adalah yang kamu sedekahkan di jalan Allah Swt.”
Ada lagi sebuah cerita. Suatu ketika seorang konglomerat ditanya seorang ustadz.
”Bapak sedekahnya begitu banyak, dan harta Bapak pun juga begitu banyak.” kata sang Ustadz.
Lalu konglomerat itu mengatakan, ”Harta saya tak lebih dari 50 Juta.”
”Lho, kok harta sebanyak ini cuma 50 Juta?”
”Iya, karena yang lain-lain belum saya sedekahkan di jalan Allah Swt, makanya harta saya saat ini di hadapan Allah adalah 50 juta yang saya sedekahkan tadi.”
Oleh karena itu marilah kita membiasakan diri ringan tangan. Jangan pelit. Sebab orang pelit  tidak akan masuk surga, dan menjadi musuh Islam dan semua orang.
 
البخيل بعيد من الله وبعيد من الناس وبعيد من الجنة وقريب من النار
Orang pelit itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka.


Hadirin jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah!
Syarat menjadi orang bertakwa adalah: Pertama, mampu menginfakkan hartanya, baik dikala suka maupun duka. Kedua, tidak sombong, mampu menahan dirinya, merasa dirinya tidak terlalu benar. Orang Islam yang benar adalah mereka yang merasa dirinya banyak bergelimang dosa. Sebaliknya, orang yang merasa selalu benar adalah merekalah orang yang sombong. Sifat itu hanya dimiliki oleh musuh-musuh Allah Swt, termasuk Dajjal, yang konon kakinya panjang sebelah sehingga kalau jalan tidak seimbang. Dajjal  adalah makhluk yang tidak mau salah. Bahkan dia mengatakan bahwa bumi ini tidak ada rata. Padahal bukan buminya yang tidak rata, tapi kakinya yang panjang sebelah.
Hadirin jamaah shalat idul Fitri rahimakumullah!
Manusia sebagaimana disebutkan adalah:
  الانسان محل الخطإ ونسيان
Manusia itu tempatnya salah dan lupa.
Oleh karena marilah kita tanamkan sifat sabar di hati kita. Jangan suka marah. Teladanilah Rasulullah Saw. Beliau memiliki pembantu sebanyak 36 orang. Tatkala para sahabat menanyai ke36 pembantu tadi, apakah Rasulullah Saw pernah memarahimu. Salah seorang pembantu menjawab, “Saya sudah 15 tahun ikut Rasulullah, dan saya belum pernah dimarahi beliau.” Dan tatkala istri-istri Rasulullah ditanya, mereka juga mengatakan yang sama; bahwa mereka belum pernah dimarahi Rasulullah Saw.
Marahnya Rasulullah itu cukup dengan memerah wajahnya. Jika wajah Rasul merah, maka sahabat dan istrinya mengoreksi diri. Rasulullah tidak pernah mengeluarkan marahnya, tetapi menahannya sehingga wajahnya menjadi merah.
            Syarat orang bertakwa yang ketiga adalah: pemaaf kepada manusia. Tidak pendendam. Oleh karena itu, marilah kita buang jauh-jauh sifat dendam. Marilah kita memaafkan kesalahan siapa pun juga yang  berbuat salah kepada diri kita. Tidak ada dalam Islam ungkapan ”tidak ada maaf  bagimu.” Allah saja Maha Rahman, Rahim dan Maha Pengampun, apalagi kita selaku hamba-Nya. Marilah kita buka hati kita, kita lepaskan dendam yang ada dalam diri kita. Kita buang sifat dengki dan iri. Sebab dengki adalah penyakit hati yang kronis. Rasulullah Saw bersabda :
الحسد تأ كل الحسنة كما تأ كل النار الحطب                           
“Iri dengki itu menghapus kebaikan, sebagaimana api memakan kayu baker.”
Semakin besar sifat dendam, iri, dengki dalam diri kita semakin cepat kebaikan kita terhapus.
Hadirin jamaah shalat idul Fitri rahimakumullah!
Dalam Islam itu ada kata muslim, mukmin, muhsin. Muhsin itu adalah orang yang mampu menafkahkan hartanya, orang yang mampu menahan hawa nafsunya, dan orang yang mampu memaafkan kesalahan orang lain. Oleh karena itu sudahkah kita bertanya kepada diri sendiri, sudahkah kita bertanya bahwa al-Qur`an pasti benar, sudahkah kita yakin bahwa orang yang makin banyak sedekahnya maka Allah akan kembalikan hartanya dan Allah akan ganti dengan rezeki berlipat-lipat, bahkan Allah janjikan dalam Al-Qur`an dengan 700 kali lipat.