Selasa, 15 November 2016

Khutbah Jumat Pilihan dengan Judul Petuntuk Islam Dalam Menghadapi Perubahan



Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah. Dengan taufik dan hidayah-Nya kita dapat menjalankan ibadah shalat Jumat dalam kondisi sehat wal afiat. Marilah dalam kesempatan ini kita gunakan berwasiat kepada diri masing-masing dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita gunakan kesempatan ini ber-muhasabah, sudah seberapa banyak kebaikan yang sudah kita lakukan, supaya kita tidak menyesal di akhirat nanti. Karena tidak sempat berinvestasi amal kebaikan di dunia ini.

Shalawat dan salam tidak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang berjuang membimbing umat manusia, dan pengaruhnya sampai kini dapat kita rasakan hingga hari ini, dimana kita menikmati keimanan dan keislaman.

Dalam khutbah singkat ini, kita akan berbicara petunjuk Islam dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial.

Perubahan sosial ini sudah luar biasa. Di tengah-tengah kehidupan ini, banyak sekali tantangan-tantangan dan problem yang harus kita pecahkan. Kita tidak bisa mengambil filosoifi burung unta, yang menyurukkan kepalanya ke dalam pasir ketika menghadapi masalah. Ajaran Islam jelas mengajarkan kita menjadi problem solver. Menjadi pemecah masalah. Sebab disamping kesulitan itulah kita memperoleh kemudahan. Inna maal usri yusro.Setiap orang yang tidak masuk dalam pemecahan masalah, maka dia tidak memberi benefit dalam kehidupan.

Secara sosiologis, banyak teori yang mengatakan mengenai perubahan sosial. Ibnu Khaldum mengatakan, perubahan ini terjadi karena pola hidup nomaden menuju pola hidup yang urban. Pola hidup berpindah-pindah menuju masyarakat yang membangun peradahan. Oleh karena itu, di jazirah Arab yang disebut lembah yang tidak ada rumput, berebut air, perjalanan jauh. Ketika air kering maka beralih menjadi perampok, dan di situ tidak ada peradaban. Pusat-pusat peradaban ada di Mesopotamia, Hindia, China, dan sebagainya.

Kedua perubahan dari berpikir metafisis ke pola berpikir saintifik. Dari masyarakat yang biasa menyerahkan keputusan beradasarkan kekuata gaib yang ada di sekitarnya, beralih kepada pola berpikir mencari sebab- sebabnya, dan dari sebab itu ditemukan solusinya melalui riset empiris yaitu ilmu pengetahuan. Konon ketika saintifik digunakan, agama tidak diperlukan lagi. Ini kita baca dari pikiran August Comte,

Pendapat lain mengatakan perubahan ini terjadi dari pola hidup yang bersifat kekeluargaan menjadi bersifat organisastoris tansaksional.

Satu lagi mengatakan, bahwa perubahan ini karena ledakan penduduk. Menurut berita terakhir, pertumbuhan penduduk itu 1,6 persen pertahun atau rata rata 4 juta. Dan 30 tahun yang akan datang kita akan mendapat tambahan penduduk sekitar 120 juta.  Ledakan penduduk ini berimplikasi kepada tuntutan pemenuhan sandang pangan, papan, kesehatan, dan seterusnya. Terkadang tidak sesuai antara suplly dan demand  sehingga kehidupan terasa sangat kompetitif. Menyekolahkan anak susah, mencari tempat dagang susah.
Islam memberi petunjuk tiga hal, dimana kita bisa survive dalam strugle for life ini. Pertama adalah mengubah sikap mental. Di Indonesia kita menggelorakan agenda revolusi mental.  Ini acuannya adalah surat ar-Ra’d (13) ayat 11.
اِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوا مَا بِاَنْفُسِهِمْ

Allah tidak mengubah nasib suatu bangsa kecuali bangsa itu bangsa itu mau mengubah diri sendiri.

Ayat ini pernah pernah dikutip oleh Bung Karno. Nah, perubahan sikap ini mental ini, tentu perubahan berpikir jangka pendek menjadi janga panjang. Pola berpikir tertutup menjadi terbuka, pola berpikir su’uzan kepada orang lain, kepada pola berpikir  husnuzzan, dari statis ke progressif, konsumtif ke produktif.
Dalam sejarah, Nabi ditentang oleh kafir Quraisy. Mereka bukan bodoh sebaenarnya. Mereka justru tahu yang dibawa oleh Rasulullah adalah kebenaran, tetapi kalau ajaran Rasulullah diterima maka merugikan kepentingan jangka pendek mereka. Islam berpikir jangka panjang. Walal akhirato khoirul laka minla ula. Bahwa akhirat lebih utama dari dunia. Ukuran mreka adalah tahka, harta, dan kasta. Kasta ini adalah  tribel, ikatan kesukuan. Ini menjadi otoritas mereka, tidak memperhatikan apakah mreka pandai atau bukan. Oleh Nabi diubah bersifat proporsional dan kontraktual.  Pola pikir kontraktual, bahwa setiap orang memiliki peluang meraih prestasi tapi disyaratkan memiliki kualitas. Ini acuannya surat al-Hujurat ayat 13.

يَا اَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ اَتْقٰكُمْ اِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.

Wahai manusia, Kami jadikan kalian dari seorang  laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kemudian petunjuk Islam dalam menghadapi perubahan adalah dengan menghilangkan penyakit mental, atau dalam teori Psikologi disebut mental block. Ada hadis Nabi riyawat Bukhari dan Muslim, ketika Rasulullah menemui seorang sahabat di mesjid yang sedang frustasi, tidak ada gairah hidup. Lalu Rasulullah bertanya kepadanya apa yang menimpanya. Orang itu menjawab bahwa dia dalam keadaan bangkrut dan pailit. Lalu kepadanya Rasulullah mengajarkan doa:

اَلّٰلهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ, وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ, وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ, وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ.

Ya Alah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat ragu-ragu dan psimistis, dari sikap lemah dan malas, dari sikap pengecut dan kikir. Dan dri terlilit hutang dan terisolasi.

Sikap mental blok seperti ini harus dibuang. Ragu-ragu harus ganti dengan sikap penuh kepastian. Psimis ganti dengan sikap optimis. Lalu sikap yang malas menjadi sikap yang rajin dan kerja keras. Takut mengambil risiko menjadi berani yang diperhitungkan. Dari sikap besar pasak daripada tiang ganti  dengan perhitungan yang rasional. Dari sikap terisolasi menjadi membangun sinergi dan komunikasi. Sayangnya sikap positif itu justru bangsa-bangsa lain yang melakukannya. Kita melihat etos kerja seperti itu justru dari bangsa Jepang, Korea, dan sebagainya.

Terakhir, membangun hubungan kemitraan.  Ada satu hadis riwayat Ibnu Asakir, Rasulullah bersabda.

اَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ: اَنْ يَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَاَوْلَادُهُ اَبْرَارًا وَخُلَطَائُهُ صَاِلِحِيْنَ وَاَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِي بَلَدِهِ

Ada empat hal yang menyebabkan bahagia; memiliki pasangan yang baik, memiliki generasi yang bagus, lingkungan pergaulan yang baik, dan rezeki dari negerinya sendiri.

Demikian khutbah singkat hari ini. Semoga memberi manfaat.
  

Related Posts

Khutbah Jumat Pilihan dengan Judul Petuntuk Islam Dalam Menghadapi Perubahan
4/ 5
Oleh

Saya Ingin Berlangganan

Mau dapat up date terbaru teks khutbah Jumat? Silakan berlangganan via email.