Hadirin
sidang Jumat rahimakumullah
Puji dan
syukur marilah kita panjatkan kepada Allah. Dengan taufik dan hidayah-Nya kita
dapat menjalankan ibadah shalat Jumat dalam kondisi sehat wal afiat.
Marilah dalam kesempatan ini kita gunakan berwasiat kepada diri masing-masing
dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita gunakan
kesempatan ini ber-muhasabah, sudah seberapa banyak kebaikan yang sudah
kita lakukan, supaya kita tidak menyesal di akhirat nanti. Karena tidak sempat
berinvestasi amal kebaikan di dunia ini.
Shalawat dan
salam tidak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang
berjuang membimbing umat manusia, dan pengaruhnya sampai kini dapat kita
rasakan hingga hari ini, dimana kita menikmati keimanan dan keislaman.
Dalam
khutbah singkat ini, kita akan berbicara petunjuk Islam dalam menghadapi
perubahan-perubahan sosial.
Perubahan sosial
ini sudah luar biasa. Di tengah-tengah kehidupan ini, banyak sekali
tantangan-tantangan dan problem yang harus kita pecahkan. Kita tidak bisa
mengambil filosoifi burung unta, yang menyurukkan kepalanya ke dalam pasir
ketika menghadapi masalah. Ajaran Islam jelas mengajarkan kita menjadi problem
solver. Menjadi pemecah masalah. Sebab disamping kesulitan itulah kita
memperoleh kemudahan. Inna maal usri yusro.Setiap orang yang tidak masuk dalam
pemecahan masalah, maka dia tidak memberi benefit dalam kehidupan.
Secara
sosiologis, banyak teori yang mengatakan mengenai perubahan sosial. Ibnu
Khaldum mengatakan, perubahan ini terjadi karena pola hidup nomaden menuju pola
hidup yang urban. Pola hidup berpindah-pindah menuju masyarakat yang membangun
peradahan. Oleh karena itu, di jazirah Arab yang disebut lembah yang tidak ada
rumput, berebut air, perjalanan jauh. Ketika air kering maka beralih menjadi
perampok, dan di situ tidak ada peradaban. Pusat-pusat peradaban ada di
Mesopotamia, Hindia, China, dan sebagainya.
Kedua perubahan
dari berpikir metafisis ke pola berpikir saintifik. Dari masyarakat yang biasa
menyerahkan keputusan beradasarkan kekuata gaib yang ada di sekitarnya, beralih
kepada pola berpikir mencari sebab- sebabnya, dan dari sebab itu ditemukan
solusinya melalui riset empiris yaitu ilmu pengetahuan. Konon ketika saintifik
digunakan, agama tidak diperlukan lagi. Ini kita baca dari pikiran August
Comte,
Pendapat
lain mengatakan perubahan ini terjadi dari pola hidup yang bersifat
kekeluargaan menjadi bersifat organisastoris tansaksional.
Satu lagi
mengatakan, bahwa perubahan ini karena ledakan penduduk. Menurut berita
terakhir, pertumbuhan penduduk itu 1,6 persen pertahun atau rata rata 4 juta.
Dan 30 tahun yang akan datang kita akan mendapat tambahan penduduk sekitar 120
juta. Ledakan penduduk ini berimplikasi
kepada tuntutan pemenuhan sandang pangan, papan, kesehatan, dan seterusnya.
Terkadang tidak sesuai antara suplly dan demand sehingga kehidupan terasa sangat kompetitif. Menyekolahkan
anak susah, mencari tempat dagang susah.
Islam
memberi petunjuk tiga hal, dimana kita bisa survive dalam strugle for
life ini. Pertama adalah mengubah sikap mental. Di Indonesia kita
menggelorakan agenda revolusi mental. Ini
acuannya adalah surat ar-Ra’d (13) ayat 11.
اِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوا مَا بِاَنْفُسِهِمْ
Allah
tidak mengubah nasib suatu bangsa kecuali bangsa itu bangsa itu mau mengubah
diri sendiri.
Ayat ini
pernah pernah dikutip oleh Bung Karno. Nah, perubahan sikap ini mental ini,
tentu perubahan berpikir jangka pendek menjadi janga panjang. Pola berpikir
tertutup menjadi terbuka, pola berpikir su’uzan kepada orang lain, kepada pola
berpikir husnuzzan, dari statis ke
progressif, konsumtif ke produktif.
Dalam
sejarah, Nabi ditentang oleh kafir Quraisy. Mereka bukan bodoh sebaenarnya.
Mereka justru tahu yang dibawa oleh Rasulullah adalah kebenaran, tetapi kalau
ajaran Rasulullah diterima maka merugikan kepentingan jangka pendek mereka. Islam
berpikir jangka panjang. Walal akhirato khoirul laka minla ula. Bahwa akhirat
lebih utama dari dunia. Ukuran mreka adalah tahka, harta, dan kasta. Kasta ini
adalah tribel, ikatan kesukuan. Ini
menjadi otoritas mereka, tidak memperhatikan apakah mreka pandai atau bukan. Oleh
Nabi diubah bersifat proporsional dan kontraktual. Pola pikir kontraktual, bahwa setiap orang
memiliki peluang meraih prestasi tapi disyaratkan memiliki kualitas. Ini
acuannya surat al-Hujurat ayat 13.
يَا اَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ اَتْقٰكُمْ اِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.
Wahai
manusia, Kami jadikan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kemudian
petunjuk Islam dalam menghadapi perubahan adalah dengan menghilangkan penyakit
mental, atau dalam teori Psikologi disebut mental block. Ada hadis Nabi
riyawat Bukhari dan Muslim, ketika Rasulullah menemui seorang sahabat di mesjid
yang sedang frustasi, tidak ada gairah hidup. Lalu Rasulullah bertanya
kepadanya apa yang menimpanya. Orang itu menjawab bahwa dia dalam keadaan
bangkrut dan pailit. Lalu kepadanya Rasulullah mengajarkan doa:
اَلّٰلهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ, وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ,
وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ, وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ.
Ya Alah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat
ragu-ragu dan psimistis, dari sikap lemah dan malas, dari sikap pengecut dan
kikir. Dan dri terlilit hutang dan terisolasi.
Sikap mental
blok seperti ini harus dibuang. Ragu-ragu harus ganti dengan sikap penuh
kepastian. Psimis ganti dengan sikap optimis. Lalu sikap yang malas menjadi
sikap yang rajin dan kerja keras. Takut mengambil risiko menjadi berani yang
diperhitungkan. Dari sikap besar pasak daripada tiang ganti dengan perhitungan yang rasional. Dari sikap
terisolasi menjadi membangun sinergi dan komunikasi. Sayangnya
sikap positif itu justru bangsa-bangsa lain yang melakukannya. Kita melihat etos
kerja seperti itu justru dari bangsa Jepang, Korea, dan sebagainya.
Terakhir,
membangun hubungan kemitraan. Ada satu
hadis riwayat Ibnu Asakir, Rasulullah bersabda.
اَرْبَعٌ
مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ: اَنْ يَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَاَوْلَادُهُ
اَبْرَارًا وَخُلَطَائُهُ صَاِلِحِيْنَ وَاَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِي بَلَدِهِ
Ada empat
hal yang menyebabkan bahagia; memiliki pasangan yang baik, memiliki generasi yang
bagus, lingkungan pergaulan yang baik, dan rezeki dari negerinya sendiri.
Demikian
khutbah singkat hari ini. Semoga memberi manfaat.
Khutbah Jumat Pilihan dengan Judul Petuntuk Islam Dalam Menghadapi Perubahan
4/
5
Oleh
Unknown