Selasa, 17 Januari 2017

Khutbah Jumat tentang Akhlak





Download naskah Khotbah Jumat  Lengkap, Khutbah Jumat Singkat padat,  khutbah Jumat Terbaru, Teks Khutbah Jumat Lengkap, Khutbah Jumat tentang Akhlak

=============================================


Hadirin sidang jumat yang dirahmati oleh Allah!
Mari kita bersyukur kehadirat Allah Swt, atas nikmat yang diberikan, terutama nikmat iman. Dengan nikmat yang ada pada diri kita membuat kita berusaha sekuat tenaga beramal shaleh, berbuat kebajikan, berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Dengan nikmat yang sama itu membuat diri kita menghindarkan diri dari dosa dan maksiat. Shalawat dan salam kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, dan kepada siapapun juga yang mengikuti jejak langkahnya, termasuk kita nanti.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah!
Kita menyadari, bahkan kita yakin bahwa agama kita adalah agama yang benar. Bahwa agama kita mensejahterakan kepada kita, para pemeluknya. Agama kita mengajarkan hal-hal yang baik, dan menghindarkan perkara-perkara yang buruk. Inilah yang secara ringkas diungkapkan Rasulullah Saw dalam sebuah hadisnya: Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq (sejatinya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak). Dan Allah sendiri dalam al-Quran menyatakan: innaka la’ala khuluqin ’adhim (bahwa engkau (Muhammad) berada pada puncak akhlak yang sangat tinggi. Bahkan, bangsa Quraiys dalam kondisi kemusyrikan mereka, mereka menggelari Muhammad dengan al-amin.
Dalam hadis yang lain Nabi mengatakan: Akmalul mukminina imanan ahsanuhum khuluqan. Sesempurna-sempurnanya iman seseorang adalah dilihat dari kesempurnaan akhlaknya. Jika dalam keberislaman ini intinya adalah tauhid, maka kesempurnaan iman itu harus berwujud dalam perilakunya.


Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah!
Kalau kita cermati tentang akhlak, tentu ini banyak sisinya. Mulai akhlak dari diri sendiri. Akhlak ketika kita berhadapan dengan orang lain. Dari skala pribadi bahkan yang lebih besar, yakni masyarakat, hubungan antar persona, kelompak antar masyarakat, itu sangat ditekankan, sangat ditegaskan dan diajarkan oleh Islam. Dan semua perilaku moralitas itu selalu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah. Makanya dalam sebuah hadis, Rasulullah mengatakan: man kana yu’minu billahi wal yaumil akhir, falyaqul khairan au liyasmut. Orang yang beriman kepada Allah dengan sempurna, iman kepada yaumul akhir dengan sempurna, yaitu orang yang bisa berbicara baik, kalau tidak bisa, dia bisa diam. Atau dalam riwayat lain, falyukrim jarahu. Hendaklah ia menghormati tetangganya. Falyukrim dhaifahu. Hendaklah ia menghormati tamunya.
Oleh karena itu, khatib pesan kepada diri khatib dan kepada seluruh yang hadir di sidang Jumat ini: ”Hendaklah kita memperhatikan sekali akhlak dalam kehidupan kita. Karena keimnanan kita tidaklah sekedar dibuktikan dengan shalat kita, puasa, haji, tapi akhlak.”   
Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan oleh Allah!
Berbicara akhlak, tentu yang paling penting untuk dikokohkan adalah akhlak di keluarga. Di rumah. Dalam agama bahkan, memasuki rumah ada aturannya. Dalam surat an-Nur ayat 27-34, di sana kita dapati bagaimana cara berakhlak. Kita orang beriman, tidak diperkenankan masuk rumah orang, tanpa seizin orang di dalamnya. Jika kita masuk rumah, dan kita mengikuti prosedur, meminta izin untuk memasukinya, tetapi tuan rumah tidak memperkenankan masuk, kita harus bersedia keluar. Pada ayat seterusnya, ada perintah untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Kemudian ayat seterusnya, mengajak orang untuk tidak menunda perkawinan karena masalah ekonomi. Karena urusan rezeki adalah urusan Allah. Kalau benar-benar tidak mampu, maka diajarkan untuk beristighfar, menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kita menyadari setiap rumah kita tertyutup rapat, setiap jendela tertutup rapat, agar tidak dimasuki maling. Akan tetapi dengan kamajuan zaman, tidak menghalangi seseorang untuk memasuki kamar kita. Konon dengan adanya zaman globalisasi sekarang ini, dunia menjadi small village (desa kecil). Terutama dengan majunya teknologi informasi seperti internet. Tidak hanya dalam dekstop, laptop, bahkan hingga ke dalam genggaman kita, henphone. Akhirnya, meskipun rumah kita tertutup rapat, tetapi itu tidak menghalangi orang memasuki rumah kita.
Video porno yang akhir-akhir ini beredar, bukan tidak mungkin akan menjadi video berantai. Oleh karena itu, kemajuan teknologi tidak boleh mengendorkan hak-hak privasi kita sebagai muslim. Terutama kepada anak-anak kita. Dan ini yang harus kita perhatikan.
Alhamdulillah, kita bersyukur, di negeri ini sudah ada undang-undang pornografi, dimana pada beberapa waktu lalu sempat mengundang kontroversi luar biasa. Bahkan sesudah diundangkan pun dilakukan judisial riview. Dan hari-hari ini terbukti undang-undang itulah yang dibutuhkan masyarakat.
Oleh karena itu, sekali lagi saya ingatkan, kepada diri saya pribadi maupun kepada jamaah: Marilah kita tadabburi ayat-ayat Allah Swt surat an-Nur ayat 27-34. Sehingga kita meloyalkan sekali apa yang disebut akhlak itu. Karena pornografi itu tidak hanya berefek kepada si pelaku tetapi juga kepada banyak orang. Benarlah apa yang disampaikan Rasulullah Saw: sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Pelajaran penting dari peristiwa yang menghebohkan ini, marilah kita kembali kepada al-Quran. Marilah kita kembali kepada sunnah Rasulullah. Marilah kota berpikir, bahwa moralitas itu sesuatu yang utama. Yang menyelamatkan kita dan generasi kita yang akan datang.
Demikian khutbah ini, semoga bermanfaat.  

Rabu, 04 Januari 2017

Khutbah Jumat Berjudul Makna Hijrah

Download naskah Khotbah Jumat  Lengkap, Khutbah Jumat Singkat padat,  khutbah Jumat Terbaru, Teks Khutbah Jumat Lengkap, Khutbah Jumat tentang Makna Hijrah

=============================================


Umat Islam baru saja memasuki tahun baru hijriah 1438. Meski tidak seramai dan semegah ketika kita memperingatinya namun momentum tahun baru hijriah patut menjadi renungan kita bersama. Penanggalan hijirah terbentuk sepeninggal Rasulullah Saw.  Para sahabat sepeninggal Nabi menjadikan momentum hijrah sebagai awal penanggalan, karena hijrah merupakan mementum terbesar dalam tubuh umat Islam. Dari titik itu perubahan kian meluas, dan gaungnya terdengar ke mana-mana. Dari jazirah Arabiah hingga ke penjuru dunia.

Hijrah dari Makkah ke Madinah pada awalnya dilandasi karena banyaknya tekanan yang dilakukan orang-orang Quraisy terhadap umat Islam yang kala itu masih tergolong lemah. 


Kamis, 22 Desember 2016

Khutbah Jumat tentang Menyikapi Prostitusi Online


Download naskah Khotbah Jumat  Lengkap, Khutbah Jumat Singkat padat,  khutbah Jumat Terbaru,Teks Khutbah Jumat 1 Lembar.

=============================================
Ma’asyiral Muslimin
Pada hari Jumat yang mulia ini izinkanlah saya memberi wasiat kepada diri pribadi, umumnya kepada seluruh jamaah; marilah kita isi hidup yang fana ini dengan bertakwa kepad Allah Swt. Karena tidak ada persiapan yang lebih utama ketika kita menghadap Allah melainkan takwa kita kepada-Nya.
Orang yang bertakwa meyakini  al-Quran itu. Keyakinan tentang benarnya al-Quran itu berdasarkan atas jaminan Allah, sebagimana tersebut dalam surat al-Baqarah,
ذالِكَ الْكِتٰبُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ
Inilah kitab suci yang tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya....” (QS. Al-Baqarah: ......)


Al-Quran yang demikian jelas dan gamblang   diturunkan oleh Allah untuk  menjadi acuan serta pedoman bagi orang beriman. Empat ayat berikutnya, Allah mengatakan;
هُدًى لِّلْمُتقِيْنَ
Menjadi petunjuk bagi orang-orang bertakwa.
Bila kita mengikuti petunjuk al Quran, kita akan mendapatkan keberuntungan yang besar. Sukses besar baik di dunia maupun di akhirat. Allah menyebut dalam surat al-Baqarah itu dengan menyebut orang-orang al-muflihun. Sebaliknya, orang-orang yang dengan sengaja  menentang al-Quran, ia adalah orang-orang merugi di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.  Orang yang merugi itu Allah sebut dengan al-khasirun.
Jamaah yang dirahmati Allah,

Ada kecenderungan yang sangat kuat dalam masyarakat kita saat ini, untuk menentang isi al-Quran. Banyak orang dengan tegas, nyata dan terang-terangan, melakukan perbuatan yang melanggar aturan al-Quran. Banyak contoh yang bisa kita angkat seperti perzinahan atau yang akhir-akhir ini marak yaitu  prostitusi online.

Di dalam al-Quran Allah jelas mengatakan,
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنٰى اِنَّهُ كَانَ فحِشَةٌ وَسَاءَ سَبِيْلا
“Jangan kamu dekati zina, karena sesungguhnya perbuatan zina itu perbuatan keji dan hina.”

Mengapa perzihan demikian dilarang? Karena perzinahan tidak sesuai watak dasar manusia. perzinahan adalah perbuatan hewan, bukan perbuatan manusia.  Segala perbuatan yang tidak sesuai dengan karakter kemanusiaan dilarang oleh Allah. Karena sifatnya merusak orang itu dan lingkungan. Nabi mengatakan,
Satu kali orang berbuat zina Allah mengapuskan pahalanya tujuh puluh tahun.”

Memang secara ekonomi, bisnis prostitusi  nilainya besar sekali, tapi secara religus mudorotnya sangat besar.

Contoh kasus kedua, dimana orang-orang mulai berani secara tegas dan terangan-terangan melanggar isi al-Quran adalah narkoba, minuman keras, judi onilne. Dalam surat al-Maidah ayat 90 Allah berfirman,
يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اِنّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلمُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya minuman keras,  judi, dan mengundi nasib, mengajukan sesjat untuk berhala, adalah perbuatan kotor, maka jauihlah agar kalian beruntung.”

Yang kita saksikan saat ini, eksekusi mati terhadap terpidana gembong narkoba, ternyata tidak membuat jera orang-orang tertentu dalam masyarakat kita. Itulah sebabnya Allah mengingatkan kita semua, bahwa semakin banyak orang yang secara terang-terangan melanggar aturan al-Quran, Allah akan menurunkan kepada mereka pemimpin yang justru bermusuhan dengan mereka.

Ada pertanyaan mengapa Allah melarang orang minuman keras, narkoba dan sejenisnya? Karena minuman keras dan narkoba merusak akal, merusak lingkungan, merusak keluarga, merusak agama bahkan merusak negara. 

Selain zina dan narkoba, ada kecenderungan yang nampak jelas belakangan ini, yaitu maraknya kasus korupsi. Allah mengingatkan kita tentang bahayanya korupsi dan gratifikasi.  Gratifikasi sekarnag tidak hanya bersifat lokal tapi juga global.
وَلاَ تَأْكُلُوا اَمْوَالَكُمْ بِالْبَاطِلِ
 “Janganlah kalian makan harta kailan dengan batil,...................
Para ilmuan mengatakakn dengan cara batil itulah korupsi, ghasab, merampas,  mengambil hak orang lain tidak benar, tidak amanah dalam mengelola harta yang diserahkan kepadanya.
اَلرَّاشِيْ وَالْمُرْتَشِي فِي النَّارِ
Orang yang menyuap dan disuap akan masuk ke neraka.”
Nabi dalam hadis lain mengatakan,
كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنَ الشُّبْهَةِ فَالنَّارُ اَوْلٰى بِهِ
“Tiap-tiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api neraka lebih baginya ketimbang surga.”

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah, kitab yang paling banyak dibaca oleh kaum muslimin di Indonesia, Nabi mengatakan, “Kalau ada orang membeli makanan dengan harga lima puluh dirham, dan sepuluh dirham itu uang yang haram, maka selama makanan itu masuk ke dalam perut maka puasa dan lainya tiak diterima oleh Allah.”  

Sederhana tapi berbahaya.  Kalau sepuluh dirham saja haram kemudian membuat tidak diterima shalat kita  alangkah ruginya kita.

Nabi mengatakan,
Siapa orang menzalimi orang lain meskipun sebatang kayu aroq, maka orang itu akan dipanggang di api neraka.”  

Berbahaya sekali . kayu arak saja membuat orang dipanggang di api neraka, apatah lagi kalau dalam jumlah besar.

Kadang kita tidak sadar, barang yang bukan milki kita seenaknya kita ambil.  Milki kantor, milik negara, pada hekekatnya, kalau bukan milik kita itu tidak layak kita bawa pulang.
Ketika khalifah Umar  bin Abdul Aziz kedatangan seorang tamu, beliau bertanya, “Kamu bertamu untuk urusan apa? Pribadi atau negara? Kalau urusan pribadi saya matikan lampu ini. Karena ini fasilitas negara. ”
Dalam hadis lain Nabi berkata,”Siapa yang menzalimi orang berupa tanah sejengkal, Allah akan lilitkan di lehernya tujuh lapis bumi pada hari kiamat.”

Orang bertakwa itu orang yang hidup  dengan cermat, teliti, hati-hati dan tidak sembrono. Sementara kecenderungan orang sekarang saat ini ialah ingin cepat kaya dengan cara tidak benar.  Misalnya bisnis yang tidak Islami, sebagaimana yang kita lihat di TV tentang fenomena beras plastik.  Itu jelas kezaliman yang luar biasa. Belum lagi susu oplosan, makanan yang dicampur formalin.  

Dalam surat surat a-Takfif Allah berfirman:
 وَيْلٌ لِلْمُطَفِفِيْنَ. اَلذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوا عَلَى الناسِ يَسْتَوْفُوْنَ. وَاِذَا كَالُوهُمْ اَوْ وَزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَ.

Celakalah orang-orang yang curang.  Kalau dia menimbang dari orang lain minta dipenuhi,  tapi kalau menimbang untuk orang lain dia mengurangi.”

Di Madinah, ada laki-laki bernama Abu Juhainah. Ia terkenal curang. Ketika membeli dari orang lain minta dipenuhi,  tapi kalau dia menjual dia mengurangi.  

Kalau kecurangan ini tidak dikendalikan,  yang terjadi adalah ancaman yang diberitakan oleh Rasul.  
“Apabila sudah banyak orang diberi amanah tidak bisa menjalankan amanah itu dengan baik,  dia khianat, korupsi, Allah akan utus musuh-musuh mereka yang kemudian jadi pemimpin mereka.  Apabila orang menetapkan hukum tidak lagi berdasarkan yang diajarkan Allah, Allah akan menyebarkan kefakiran dimana-mana.  Apabila sudah nampak dengan terang-ternagan orang berbuat keji Allah akan menyebarluaskan kematian dimana-mana. Kalau sudah banyak orang mengurangi timbangan, Allah akan mencegah tumbuhnya tanam-tanaman. Kalau sudah banyak orang tidak mau zakat, maka Allah akan mencegah turunnya hujan. ”

Semua orang tahu virus HIV/AIDS itu karena prilaku sex yang menimpang. Kita tidak mau negeri ini seperti kaum Sodom dan Gomora.  Orang sekarang bisa berzina dimana-mana.  Membukan aurat melalui internet. Orang dengan enak melakukan kejahatan speerti itu.  padahal itu berbahaya bagi kelangsungan negara kita ini.  

Oleh karna itu mari kita kembali kepada ajran al-Quran, mengikuti petunjuk Rasul agar kita selamat, di dunia dan di akhirat.

Rabu, 21 Desember 2016

Khutbah Idul Adha Tentang Hikmah Ibadah Qurban



Nashkah Khutbah Idul Adha berikut bertema Hikmah di Balik Qurban. Dalam momen Idul Adha atau Hari Raya Haji, folosofi tentang Kurban, tentang Haji, merupakan tema yang sangat menarik untuk disampaikan. Bagi Anda yang menjadi Khotib Idul Adha, tidak ada salahnya mengambil inspirasi dari teks khutbah Idul Adha berikut
===========================================================
  Tentang Hikmah Idul Qurban
 
Kaum Muslimin yang berbahagia!
Pada hari ini kumandang takbir menggema di seluruh dunia Islam, mengagungkan asma Allah. Pada hari ini pula, di Padang Arafah, jutaan kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia berwukuf. Termasuk didalamnya 200 ribu lebih jamaah dari Indonesia. Meski berbeda negeri dan status sosial, mereka tetap memakai pakaian yang sama, pakaian ihram, serta mengumandangkan takbir, tasbih, dan tahmid yang sama pula. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar la ilaha illallah wallahu akbar. Allhu akbar walillahilhamd! Mereka juga menyerukan kalimat talbiyah yang sama: labbaik Allahumma labbaik labbaika la syarika laka labbaik innal hamda wannikmata laka wal mulk lasyarika lak. Jika peristiwa ini dipotret sebagai sebuah kesatuan, maka sungguh apa yang kita lihat itu sebuah fenomena yang luar biasa. Yang menggambarkan suatu dinamika yang horizontal maupun yang vertikal. 



Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar!
Kaum Muslimin yang berbahagia!
Baru saja kita melakasanakan shalat Idul Adha. Idul Adha merupakan ritual ibadah yang dititahkan oleh Tuhan kepada umat manusia baik sebagai hamba maupun sebagai khalifah. Oleh karena itu manusia tidak selayaknya mempertanyakan: mengapa Tuhan memperintahkan kita shalat, haji, dan ibadah-ibadah lainnya. Tugas ibadah ini datang dari Tuhan yang Maha Kuasa, Tuhan yang Maha Pengasih, Tuhan yang Maha Mengetahui. Yang perlu kita lakukan hanyalah menggali hikmah di balik perintah ibadah ini. Apa hikmah shalat lima kali sehari. Apa hikmah membayar zakat. Apa hikmah pergi haji dan seterusnya.
Hikmah merupakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang dapat kita ambil seperti kebaikan, ketepatan, kearifan, dan keadilan. Oleh karena itu orang yang mampu memetik hikmah dari suatu peristiwa, kata al-Quran, dialah yang memperoleh keberuntungan yang besar.

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS al-Baqarah [2]: 269)


Agar dapat memetik hikmah dari suatu peristiwa, seseorang harus mampu menangkap substansi dari peristiwa itu. Jika substansinya sudah tercapai, maka peluang memperoleh hikmah terbuka lebar. Bentuk ritual shalat misalnya, dapat kita lihat bersama –berdiri, menghadap kiblat, membaca fatihah, ruku, sujud, dst hingga salam. Itu adalah bentuknya. Namun substansinya adalah berkomunikasi dan berdialog dengan Tuhan. Ketika membaca doa: inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardl, maka hati dan jiwa kita sepenuhnya berkomunikasi dengan Tuhan, sedang berdialog dengan Tuhan. Shalat tanpa komunikasi dengan Tuhan sama halnya dengan upacara shalat. Hanya memperoleh bentuk, tidak menangkap substansi dan akhirnya tidak menemukan hikmah dari shalat yang dikerjakan.
Al-Quran mengingatkan kita: fa wailul lil mushallin (Celakalah orang-orang yang shalat.) Siapa yang shalat tapi justru celaka? Alladzinahuum ‘an shalatihim sahun. (Yaitu orang-orang yang mengerjakan shalat, tapi justru mereka lupa berkomunikasi dengan Tuhan.) Perilakunya seperti orang yang sedang mengagungkan Tuhan, tetapi hatinya justru pergi kemana-mana. Perkara ini dibicarakan oleh al-Quran tentang pendustaan agama. Secara lengkap surat itu berbunyi:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak  yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS al-Maaun [107]:1-7)

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar!
Hari ini disebut hari Raya Idul Adha bisa juga disebut Hari Raya Haji. Karena memang ada dua konsentrasi ibadah pada hari itu. Disebut hari Idul Adha (hari raya qurban) karena pada hari ini ada penyembelihan hewan qurban. Disebut hari raya haji karena pada hari-hari ini dilaksanakan ibadah haji. Sebagaimana dengan shalat, Idul Adha juga mengandung dua dimensi; bentuk dan substansi. Bentuk ritual haji adalah memakai pakaian ihram, thawaf (mengelilingi Ka’bah), sa’i (lari-lari kecil antara Shafa dan Marwah), wuquf di Arafah serta melempar jumrah. Setelah itu kembali ke tanah air masing-masing. Di kampung mungkin mereka akan dipanggil dengan sebutan Pak Haji atau Bu Hajjah. Begitu pun bentuk ritual ibadah qurban yakni memotong kambing atau sapi kemudian dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.
Namun ketahulah di balik yang nampak semua itu tersimpan simbol dan makna yang dalam. Ada filosofi yang terkandung di dalamnya. Filosofi dari ritual itu dapat kita gali dari sejarahnya, misalnya thawaf. Bentuk ibadah thawaf adalah jamaah berdesakan, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran. Setiap putaran jamaah membaca talbiyah, takbir, tahmid, dan doa yang berbeda-beda. Ibadah thawaf menggambarkan tentang siklus sejarah. Sejarah kehidupan manusia, individu, keluarga, maupun bangsa mengalami putaran menurut sunnatullah yang berlaku. Ada jatuh bangun, senang derita, serta sempit dan longgar. Namun semuanya harus dilalui dengan semangat perjuangan, tanpa mengabaikan dimensi horisontal dan vertikal (hablun minallah wa hablun minannas).
Dalam putaran itu, ada orang yang muda dan kuat, tetapi selalu gagal mencium hajar Aswad. Di sisi lain, ada jamaah tua yang lemah tapi selalu beruntung bisa mencium hajar Aswad. Sejarah juga berlangsung demikian. Ada orang kuat yang selalu gagal, disamping ada orang yang selalu mengalah tetapi justru menjadi pemenang. Sejarah selalu berputar. Berdinamika. Oleh karena itu kita mengenal ada pelaku sejarah, terbawa oleh sejarah, serta hanyut menjadi korban sejarah.
 Coba kita renungkan sejarah bangsa kita. Dari zaman klasik, zaman penjajahan, zaman perjuangan, zaman kemerdekaan, zaman orde lama, orde baru, hingga sekarang orde reformasi. Selalu ada putaran yang memunculkan pahlawan, pengkhianat, koruptor; kecerdasan juga kebodohan. Dalam putaran sejarah itu kekuasaan diduduki oleh orang silih berganti.  Watilkal ayyam yudawiluha bainannas.

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran”) (QS Ali Imran [3]: 140)

Menurut teori Sosiologi Ibnu Khaldun, jatuh bangunnya suatu bangsa itu ditandai oleh empat generasi. Pertama generasi pendobrak, kedua generasi pembangun, ketiga generasi penikmat. Jika pada suatu bangsa generasi penikmatnya (sibuk menikmati tanpa membangun) demikian mencolok, maka itulah tanda bangsa tersebut sedang menurun. Karena setelah itu akan lahir generasi keempat, yakni generasi yang tidak peduli dengan masa lalu dan masa depan. Tidak bisa menghargai pahlawan dan tidak peduli atas nasib anak cucu.
 
BACA: Khutbah IDUL FITRI tema Menjauhi Sifat Sombong
 
Jika teori ini kita gunakan untuk menengok sejarah kita, dalam usia 64 tahun kemerdekaan ini, ketika satu dua generasi pendobrak masih ada yang hidup, ketika generasi pembangun sibuk dengan membongkar-pasang, maka akan muncul generasi-generasi penikmat. Tanda-tanda ini mendorong kita untuk berpikir ulang untuk menjadikan generasai hari ini generasi pendobrak. Kita dobrak semua kejumudan, kita dobrak semua penyimpangan, dan kita teruskan kembali generasi pembangun.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar!
Sedangkan filosofi sa’i dapat kita gali dari sejarahnya. Sejarah sa’i bermula dari perjalanan Siti Hajar, istri Nabi Ibarahim yang baru saja melahirkan putranya, Ismail. Dalam kesendiriannya, di tengah padang pasir gersang, dia berusaha mencari setetes air. Ia berlari-lari bolak-balik dari Shafa dan Marwah meskipun pada akhirnya tidak menemukan air. Setelah gagal menemukan air Siti Hajar berpasrah kepada Allah. Lalu Allah menunjukkan kekuasaan-Nya. Tiba-tiba dari jejakan bayi Ismail keluarlah mata air. Mata air itu kini disebut zam zam. Mata air itu tidak pernah kering meski dikonsumsi oleh jutaan manusia.
Pelajaran dari ibadah sa’i ialah bahwa setiap masalah itu harus diatasi. Tuhan tidak akan mengubah keadaan kecuali bila manusia berusaha mengubah keadaan itu. Tetapi usaha manusia itu juga tidak menjamin. Banyak manusia yang bekerja keras namun gagal. Tetapi usaha tetap bermakna. Tuhan tidak melihat hasil, tapi Tuhan melihat kesungguhan usahanya, seperti yang dilakukan Siti Hajar. Ketika Hajar sudah berusaha maksimal namun gagal, Tuhan memberikan jalan keluar dari jalan yang tidak terbayangkan. Keluarnya air dari jejakan kaki jabang bayi Ismail mengajarkan bahwa usaha kecil dari orang yang bersih akan lebih membawa hasil yang baik, daripada usaha besar yang dilakukan secara kotor. Menyapu kotoran dengan sapu kecil yang bersih lebih baik daripada dengan sapu besar yang kotor.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar!
Selanjutnya ibadah wuquf. Bentuk ibadah wuquf adalah seluruh jamaah tinggal di padang Arafah, di alam terbuka. Mereka mengenakan pakaian yang sama, pakaian ihram. Di sana mereka hanya beribadah; mengumandangkan talbiyah, tasibih, dan tahmid. Filosofi wuquf adalah meskipun manusia memiliki identitas yang berbeda-beda, status sosial yang berbeda-beda, tapi sesungguhnya mereka sama di depan Allah. Di sini menjadi relevan firman Allah yang berbunyi:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurat [49]: 13)

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar!
Adapun ibadah qurban bentuknya sangat sederhana. Yaitu menyembelih hewan qurban dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin. Tetapi di balik itu sesungguhnya terkandung pelajaran yang sangat mendalam. Sebagaimana kita ketahui, penyembelihan hewan qurban bermula dari zaman Nabi Ibrahim. Menurut sejarah Nabi Ibrahim baru dikaruniai putra ketika berusia 90 tahun. Dapat dibayangkan betapa senangnya kakek tua itu dengan putranya. Ketika anaknya memasuki usia manja, ketika naluri kecintaan kepada anak sedang dalam puncaknya, tiba-tiba turun perintah Tuhan untuk mengorbankan putranya. Dalam pemikiran sederhana rasanya tidak mungkin Tuhan memerintahkan menyembelih anaknya. Namun Nabi Ibrahim sangat meyakini bahwa Tuhan adalah Maha Baik. Karena itu tak mungkin menyuruh sesuatu yang tidak baik. Apapun perintah tuhan itu pasti baik. Baik sangka itulah yang mengantarkan Ibrahim menyembelih anaknya. Apalagi diketahui, istrinya dan anaknya sendiri ikhlas menuruti perintah Tuhan. Ternyata yang diminta Tuhan sesungguhnya adalah kepasrahan dan kepatuhan paripurna dari Ibrahim kepada Tuhannya.
Setelah segalanya sudah dipersiapkan, kemudian datanglah Malaikat Jibril seraya mengatakan: “Sesungguhnya yang diminta Tuhanmu bukanlah menyembelih Ismail, melainkan kesiapanmu dalam memberikan apapun yang diminta oleh Tuhan.” Dan Ibrahim telah bersedia memberikan apa yang diminta oleh Tuhan, menyembelih anaknya. Sebagai gantinya Jibril membawa seekor domba untuk disembelih, dikorbankan. Demikianlah kurban itu di kemudian hari menjadi tradisi keagamaan.
            Hakekat haji sesungguhnya kesiapan seorang hamba untuk memberikan apapun yang diminta oleh Tuhan; harta, tenaga, bahkan nyawa sekalipun. Thawaf, sa’i, dan menyembelih hewan adalah simbol-simbol dari dinamika kehidupan manusia yang puncaknya dipersembahkan kepada Allah Swt. Seperti yang diucapkan dalam awal shalat: inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semuanya kupersembahkan kepada Allah Tuhan Semesta Alam.”   
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar!
Kaum Muslimin yang berbahagia!
Tuhan memberi panduan hidup kepada manusia melalui para nabi serta firman-Nya dalam kitab suci. Bahkan fenomena alampun mengajarkan bagaimana seorang itu harus hidup. Tuntunan agama bersifat bulat, bukan persegi. Bukan hitam putih. Karena itu nilai-nilai yang diajarkan agama menyeluruh dan menyentuh seluruh bidang kehidupan; lahir batin; pribadi dan sosial; alam manusia dan hewan; horisontal dan vertical; dunia dan akhirat.
Ukuran haji yang sukses adalah haji mabrur. Haji mabrur tidak dibuktikan dengan sertifikat haji mabrur, namun dibuktikan dengan sikap-sikap yang dijalankan selama menjalankan ibadah haji seperti kespasrahan, kepatuhan, ketekunan, dan solidaritas, dan tak kenal menyerah dibawa pulang untuk diteruskan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.
Akhirnya, kaum muslimin yang berbahagia, marilah kita memanjatkan doa, memohon kepada Allah. Berdoa untuk diri kita, keluarga, dan juga untuk bangsa ini.
***

”Ya Allah, ya Tuhan Kami! Tunjukkanlah kepada bangsa ini, tunjukkanlah kepada jalan-Mu yang lurus. Jalan yang dulu dicontohkan para nabi, para syuhada dan shalihin. Bukan jalan orang-orang yang engkau murkai. Bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.”

”Ya Allah, ya tuhan kami! Jangan engkau sesatkan hati bangsa ini, ya Allah setelah engkau memberi petunjuk kepada kami. Berikanlah rahmat-Mu kepada kami ya Allah. Dan engkaulah satu-satunya Tuhan Maha Pemberi.”

”Ya Allah, ya Tuhan kami! Perlihatkanlah kepada bangsa ini, ya Allah, kepada pemimpinnya, kepada rakyatnya. Nampakkan yang benar sebagai kebenaran, dan berilah